Modal Nekat Saat Balik ke Kampung, Alan Efendhi Berhasil Merintis Bisnis Lidah Buaya Berkelanjutan

Alan Efendhi, petani lidah buaya di Gunungkidul
(Source: IG Alan Efendhi)

FubukiAida.com - Meninggalkan kehidupan sebagai seorang karyawan kantoran di Jakarta ternyata tak semudah yang Alan Efendhi (36) bayangkan. Namun, keputusannya untuk kembali ke kampung halaman yang berada di Nglipar, Gunungkidul, Yogyakarta, sudah bulat.

Alan bertekad untuk menemani orang tuanya yang semakin menua. Hal itulah yang mendorongnya untuk kembali ke desa. Di sisi lain, ia harus berpikir panjang untuk menyambung hidup setelah tak lagi bergantung pada gaji.
 
Ia mengaku sempat bimbang menentukan apa yang ingin dia lakukan selepas resign, mengingat wilayah Gunungkidul merupakan daerah kering, dan panas.
 
“Pulang ke Gunungkidul ingin membersamai orang tua. Tapi kan saya harus tetap bertahan hidup. Saat meninggalkan titik aman, saya mikir di kampung bisa apa?” cerita Alan dalam acara Roadshow Lomba Foto Astra dan Anugerah Pewarta Astra 2024 di Solo yang diadakan Astra International berkolaborasi dengan Solopos Media Group. Acara ini digelar di Studio Lokananta, Solo, Rabu (14/8/2024). Adapun hari itu, saya menghadiri acara ini bersama dengan sejumlah kawan dari Komunitas Digital Content Creator (DCC) Indonesia. 
 
Melanjutkan cerita Alan, setelah mencari berbagai referensi, Alan mengaku terinspirasi budi daya lidah buaya (Aloe vera) yang ada di wilayah Pontianak, Kalimantan Barat.

Memilih lidah buaya bukanlah tanpa alasan. Alan yakin apabila lidah buaya bisa dikembangkan dengan baik seperti di Pontianak yang notabene hidup di lahan kritis, panas dan gambut, maka ia memprediksi Aloe vera juga bisa tumbuh di wilayah Gunungkidul.
 
Alan selanjutnya mulai mencari ilmu dari internet maupun buku mengenai bagaimana cara bertani. Ia juga mulai uji coba menanam beragam jenis tanaman, yakni buah naga, anggur, pepaya kalivornia, dan Aloe vera.
 
Dari beberapa jenis komoditas yang ia coba tanam, pada akhirnya lidah buaya adalah yang terbaik.
 
“Yang lain (gugur) karena perawatannya sulit. Aloe vera lebih mudah dari segi perawatan karena seperti tanaman gurun/kaktus, jarang disiram, nggak mati,” ujar dia.
 
Selain pertimbangan kemudahan dalam perawatan dan penanaman, pilihan Alan untuk menekuni lidah buaya yakni karena tanaman ini cukup menjanjikan lantaran bisa masuk dalam empat jenis industri. 

Menurut Alan, lidah buaya berpotensi masuk dalam industri farmasi untuk dijadikan bahan obat, pencahar, antiseptik, dan sebagainya. Selain itu, lidah buaya juga dapat diserap oleh industri kosmetik, industri pertanian, dan olahan kuliner.

Dari situ, Alan memilih mengolah lidah buaya yang ia budi dayakan menjadi bentuk minuman kemasan dengan merek “Rasane Vera”.

Jalan yang tak mudah

Alan saat menjadi narasumber di Lokananta
(Dok. Pribadi)
Keputusan Alan untuk merintis jalan sebagai petani lidah buaya nyatanya tak mudah. Alan mengatakan, di masa awal, usaha lidah buaya yang dibangunnya sempat mengalami kesulitan.
 
Pasalnya, saat itu ia memulai usaha tanpa ilmu dasar sebagai seorang petani. Di sisi lain, modalnya juga sangat terbatas. Hal itu membuat Alan hanya berpikir bagaimana bertahan hidup pada tahun-tahun awal merintis usaha.
 
“Mikirnya minimal balik modal. Mikirnya jualan-jualan, belum terpikirkan profit,” tutur dia.

Baru kemudian ia mulai memiliki lingkup pertemanan sesama pengusaha pada 2018. Dari situlah, ia kemudian mendapatkan banyak ilmu, mentor, termasuk menemukan cara mengatasi kelemahan produknya.

Awalnya, produk minuman lidah buaya yang ia hasilkan hanya bertahan selama 3 hari. Kini, Alan telah menemukan cara yang tepat untuk memperpanjang masa simpan produk hingga 6 bulan dengan tetap aman, dan tetap menyehatkan.
 
Adapun produk Alan sendiri selain berbahan alami Aloe vera, ternyata produknya juga mengandung pemanis dari daun stevia. Sebagaimana diketahui, daun stevia merupakan bahan pemanis alami pengganti gula yang rendah kalori. 

Salah satu produk Rasane Vera yang mengandung pemanis daun stevia
(IG Rasane Vera)

Seiring waktu, Alan juga mulai menambah beberapa variasi olahan lidah buaya yang ia produksi. Selain minuman, Alan juga mengolah lidah buaya menjadi nata de Aloe vera, serta keripik.
 
Selengkapnya produk olahan Aloe vera yang ia produksi bisa disimak pada gambar di bawah:

Beragam produk olahan lidah buaya Alan Efendhi
(Doc. Alan Efendhi)
Pada masa pandemi, Alan mengaku bersyukur karena usahanya justru melonjak. Hal ini menurut dia karena produknya memiliki manfaat untuk membantu menjaga kesehatan tubuh.

Tak hanya menyasar pasar daerah sekitar Yogyakarta, Alan kini berhasil menjual produknya di wilayah Solo Raya, Surabaya, hingga Jakarta, Bogor,Bekasi, dan Tangerang.

Produk nata de Aloe vera Rasane Vera
(IG Rasane Vera)

Berkarya, bersama warga sekitar

Alan mendorong warga untuk menanam Aloe vera dengan membagikan bibit gratis kepada warga
(Ig Alan Efendhi)

Tak hanya berkarya untuk kepentingannya sendiri, usaha yang dibangunnya juga membawa manfaat untuk lingkungan sekitar Alan.
 
Warga sekitar yang semula kebanyakan bertani jagung, kacang, mulai ikut membudidayakan lidah buaya. Hasil panen mereka kemudian dijual kepada Alan sebagai bahan produksi.
 
“Awalnya warga enggak mau (ikut budi daya lidah buaya) karena enggak yakin bisa diserap,” cerita Alan.
 
Namun, ia mencoba meyakinkan warga dengan terlebih dahulu memberikan bibit gratis kepada keluarganya yang sama-sama tinggal di Gunungkidul.
 
Setelah warga melihat tanaman lidah buaya milik keluarga Alan berhasil tumbuh baik dan terserap, secara bertahap warga desa, kecamatan, hingga tingkat kabupaten mulai tertarik untuk ikut menanam Aloe vera.
 
“Dibandingkan jagung, kacang yang tak ada kepastian harganya, Aloe vera kepastiannya lebih jelas,” ujar dia.
 
Pada tahap awal, menurut dia ada sekitar 25 kelompok tani yang bersama-sama membudidayakan Aloe vera. Seiring waktu, jumlah ini kemudian terus berkembang.

Memberikan manfaat Berkelanjutan 

Dampak positif yang diberikan Alan terus berkelanjutan. Pada tahun 2018, ia mulai merintis Aloe Land.
 
Melalui Aloe Land, Alan melanjutkan kebermanfaatannya dengan menjangkau kalangan masyarakat yang lebih luas. Aloe land adalah kampung edukasi Aloe vera yang diresmikan oleh Bupati Gunungkidul di tahun 2023 lalu.
 
Aloe Land berada di desa di mana Alan tinggal yakni di Jeruklegi, Katongan, Nglipar, Gunungkidul. Di tempat ini, siapa pun bisa belajar mengenai kewirausahaan dan budi daya Aloe vera.

Edukasi Aloe vera di Aloe Land 
(Doc. Aloe Land)

“Kita punya kesempatan sama untuk jadi wirausaha. Kita harus punya usaha yang bisa berdampak bagi lingkungan, sebagaimana hadis ‘sebaik-baik manusia adalah yang berdampak bagi orang lain’,” ujarnya.
 
Pada tahun 2023 lalu, Alan mendapatkan apresiasi Anugerah SATU Indonesia Awards di bidang kewirausahaan.
 
Anugerah SATU Indonesia Awards merupakan apresiasi yang diberikan PT Astra International Tbk kepada generasi muda yang berkontribusi positif bagi masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan dan teknologi.
 
 
Alan Efendhi saat mendapatkan anugerah SATU Indonesia Awards
(IG Alan Efendhi)

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

You Might Also Like

0 comments

Semoga yang tersaji, bisa bermakna.

Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook

Terima Kasih :)