Mencicip Lumat Tahok Pak Citro dan Segarnya Dawet Telasih Bu Dermi Pasar Gedhe
Kalau datang ke Pasar Gedhe Solo sempatkanlah untuk mencicip kuliner khas nya pasar Gedhe yang juga sekaligus kuliner khasnya Solo, Tahok dan Dawet telasih.
Makanan satu ini mungkin tak banyak dikenal oleh orang yang bahkan tinggal di Solo. Namun Tahok menjadi salah satu makanan yang banyak direkomendasikan di beberapa literatur kuliner solo.
Sekian lama saya mendamba bisa ngicip seperti apa sih rasa tahok. Baru beberapa bulan lalu akhirnya kesampaian juga.
Mengenal Tahok
Beberapa sumber menyebut, Tahok ini makanan akulturasi dari negara Cina. Ia diperkenalkan oleh orang-orang Cina yang tinggal di Pasar Gedhe.Kawasan Pasar Gedhe, merupakan Pacinannya Kota Solo. Disinilah lokasi pusatnya pesta lampion kota Solo yang rutin diadakan pas hari imlek berlangsung.
Tahok konon berasal dari kata Tao atau teu artinya kacang kedelai sedangkan hoa atau hu berarti lumat.
Yap, struktur tahok ini memang lumat seperti jenang sumsum. Namun ia bukan jenang sumsum.
Tahok berasal dari sari kedelai teksturnya lembut dan memang persis jenang. Kuahnya pun berwarna coklat, namun itu bukan gula jawa. Melainkan air jahe yang diberi gula merah.
Ada dua penjual tahok yang saya tahu. Yakni yang di Pasar Gedhe, dan yang satu berada di dekat Kali Pepe.
Penjual yang saya datangi waktu itu adalah penjual Tahok Pak Citro. Lokasinya persis berada di samping bangunan Pasar Gedhe bagian buah. Tepatnya di gang dekat Mie Gajah Mas.
Bersama Mbak Ira, salah seorang teman kerja yang doyan banget kulineran saya datang ke sana.
Kami harus datang pagi-pagi sekitar pukul 08.00 WIB supaya nggak kehabisan. Karena penjual Tahok ini hanya ada pagi hari, kapok saya dua kali datang ke sana kehabisan terus.
“Bapak saya yang awalnya jual,” begitu si penjual yang saya lupa namanya bercerita (haha, tolong dimaafkan soalnya sekedar makan saja waktu itu) .
Jadi ia berkisah bahwa Tahok yang ia jual sudah ada sejak tahun 1968. Ketika itu ayahnya yang bernama Pak Citro yang menjual.
Namun kini usaha tersebut ia teruskan.
Soal rasa, si Tahok ini memiliki rasa yang mirip jenang sih buat saya.
Jenang yang dikasih kuah wedang ronde plus ada sedikit rasa-rasa susu kedelai. Nah tu gimana?
Jadi ya perpaduan kedelai, jahe dan gula merahnya kerasa. Enak lah pokoknya.
Soal harga, Tahok Pasar Gedhe Pak Citro kalau nggak salah ingat harganya sekitar Rp 8.000.
Soal kehalalan nggak perlu ragu. Bapaknya bertutur tahok buatannya halal, no babi-babinan
Baca Juga : Sekitar Alun-Alun Utara Solo Suatu Ketika
Dawet Telasih Bu Dermi
Pas saya dan Mbak Ira datang, di sana sedang ada turis asing yang sedang ngevlog.
Lokasi dawet Bu Dermi ini memang sudah terkenal di mata para turis.
Padahal, lokasi Dawet Telasih Bu Dermi ini di dalem banget. Tempat duduknya pun Cuma sak cuplek, alias sempit.
Kemarin saja saya mau ngicip dawetnya musti nunggu itu turis pergi.
Tapi memang sih soal rasa, dawetnya mantep.
Jadi dawet Bu Dermi Pasar Gedhe ini terdiri dari cendol, santan, ketan hitam yang kemudian diberi es dan gula. Ya kayak dawet-dawet biasa itu.
Tapi rasanya tuh seger gitu lho. Nggak tahu apa yang ngebuatnya beda. Pokoknya, seger aja.
Mungkin juga karena saya terhibur dengan cara ibu nya menyajikan. Jadi beliau tiap kali menyajikan itu terlihat cekatan dan profesional. Di situ mungkin saya tersugesti positif duluan. Makanya minum dawet jadi makin seger.
Oh ya, mungkin juga karena telasih yang ia berikan cukup banyak kali ya? Kebetulan saya ini penggemar telasih. Tahu kan telasih? Jadi itu adalah biji dari bunga kemangi yang warnanya item-item.
Nah buat kamu yang ada rencana ke Solo, jangan lupakan untuk mampir ke tahok dan Dawet Bu Dermi Pasar Gedhe
Baca Juga : Melongok Wajah Pasar Klewer Solo Yang Baru
1 comments
Heeee jadi ngiler baca reviewnya
ReplyDeleteSemoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)