Review Omah Heritage, Penginapan Dormitory Jogjakarta di bawah 100 ribu
Omah Heritage depan |
Menginap di Jogja menjadi pilihan saya saat kemalaman pulang
dari Dieng usai melihat embun beku dan naik Gunung Prau beberapa waktu lalu.
Jujugan saya ketika sampai di Jogja adalah Omah Heritage.
Sebuah penginapan yang dari luar tampak seperti bangunan ala-ala keraton.
Lebih mirip istana sih tepatnya. Nuansanya yang putih,
mengingatkan saya dengan bangunan istana kepresidenan jogjakarta yang ada di
dekat Malioboro.
Meski seorang sumber menyebut, bangunan ini memang masih ada
hubungannya dengan keraton, tapi kali ini saya tidak mau bahas sejarah Omah
Heritage.
Pasalnya, saya sudah tanya ke resepsionis, tapi dianya
seperti tidak paham dan seperti tidak ingin bercerita banyak. Dan karena saya
tidak sedang ingin menelusur lebih jauh, ya sudah saya tidak melanjutkan
penelusuran.
Tapi kalau pembaca penasaran, silahkan cari tahu sendiri,
dan kalau sudah tau, mungkin bisa diceritakan di kolom komentar.
Bagian Lobi Omah Heritage (Sumber: booking.com) kemarin kamera mati, jadi nggak poto sendiri. haha |
Kembali lagi, jadi pembahasan saya kali ini lebih berfokus
ke review Omah Heritage sebagai penginapan.
Oke, buat saya, Omah Heritage adalah penginapan solutif buat
para traveler mental ngirit semacam saya ini.
Pasalnya, menginap di tempat ini saya hanya perlu membayar
Rp 60.000 saja. Murah bingit bukan?
Jadi, saya booking tempat ini menggunakan aplikasi
booking.com. Saya tidak sedang diendorse ya.
Tapi booking.com memang selalu
jadi pilihan saya ketika saya mencari penginapan murah, low budget di bawah 100
ribu.
Lantas, apa menariknya Omah Heritage?
kamar dormitory Omah Heritage (sumber: booking.com) |
Apa menariknya Omah Heritage??
Tentu saja, Murah.
Haha.
Iya, murah, tapi nggak murahan.
Dengan harga Rp 60.000 saya mendapatkan kamar dormitory yang layak huni nggak kayak kos-kosan.
Eh
iya, itu harga sewaktu bulan Juni 2019 ya.
Kalau sekarang (Oktober 2019), barusan saya cek ke
booking.com harganya sudah Rp 77.500
Ya, setidaknya masih di bawah Rp 100.000 lah. Murah untuk
ukuran penginapan di Jogja.
Jadi, kamar tempat saya menginap di Jogja ini model dormitory. Dormitory nya terpisah antara
cewek dan cowok.
Untuk dormitory di kamar saya sendiri seingat saya ada 8
kamar .
Tempat tidurnya resik. Sepreinya putih, nggak kotor.
Kasurnya nyaman. Dan tempat tidur bertingkatnya merupakan
amben kayu yang prediksi saya sudah berusia lama, tapi kelihatan kokoh. Mungkin
memang tempat tidur lama tapi kualitas kayunya bagus. jadi tetep layak pakai dan malah kesannya eksotis.
Untuk kamar mandinya sendiri per kamar dormitory ada.
Kemarin di kamar dormitory cewek, kamar mandinya berupa kamar mandi shower,
serta kamar mandi biasa dengan toilet duduk dan dilengkapi pula shower. Yang
penting sih resik, luas, pintu tertutup sampai ke bawah. Jadi nyaman kalau saya.
Haha, suka heran kadang dengan desain kamar mandi yang ngapain sih pintunya nggak
sampai menutup ke bawah? Pakai bolong di bagian bawahnya?
Berdasarkan pengalaman saya kemarin, saya ketemu beberapa turis
asing di Omah Heritage. Satu kamar saya saja kemarin turis dari Malaisya semua. Ada 3
orang perempuan di kamar saya yang semuanya satu kelompok pengunjung dari
Malaisya.
Awalnya saya agak aneh ketika ngajakin ngobrol mereka, kok
mereka seperti “orang bodoh” saat saya ajak ngomong bahasa Indonesia.
Kelihatan harus mencerna agak lama omongan saya.
Tapi setelah mereka bilang dari Malaisya, oalah baru saya
bisa maklum. Ya gimanapun meski bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia mirip tetap
saja ngedengerinnya harus dicerna dulu.
Jadi, mereka bilang, mereka ke Indonesia dan menginap di Omah Heritage karena baru saja mendaki Merbabu, Prau,
serta Andong.
Saya dengerin ceritanya mlongo.
Saya aja cuma mendaki Gunung Prau udah kerasa mau tepar. Hla
ini, 3 gunung dalam 3 hari berturut-turut. Salut lah.
Well, kembali ke review Omah Heritage.
Jadi, di Omah Heritage ini seperti biasa kalau nginep di
penginapan. Dikasih fasilitas handuk.
Eh tapi handuk sewa hlo ya nggak dibawa pulang.
Terus, fasilias lain di Omah Heritage adalah free wifi,
serta sarapan.
Nah, bagian sarapan ini yang mau saya kritisi.
Jadi, saya kan udah girang banget tuh nginep di penginapan
murah eh masih dapet sarapan.
Tapi ketika saya dateng ke tempat makan, saya musti
mimbik-mimbik kecewa.
Iya lah, soalnya sarapan yang mereka maksud itu sarapan roti
tawar beserta selai dan misisnya. Serta tersedia fasilitas pemanggangnya.
Ya, saya kan sebagai “wong ndeso” dapat sarapan cuma begiuan
yo gelo lah.
Wkwkwk.
Saya soalnya termasuk penganut paham “ora sego ora wareg”
hahaha.
Jadi ya sandwich-sandwich an begitu yo kurang sreg.
Tapi ya sudah, daripada kelaparan akhirnya tetap lah ya,
saya makan roti seadanya.
Oh ya, Omah Heritage ini ada musholanya. Walau nggak luas,
tapi lumayan lah, bisa solat di sini.
Secara keseluruhan kesimpulan saya terhadap penginapan
Omah Hritage adalah Oke bingit. Cocok lah buat kalian-kalian yang berencana menginap di
Jogja tapi cari yang harganya murah di bawah Rp 100.000
7 comments
Pasti seru nih kalau nuansa penginapanya dari luar saja sudah seperti keraton.
ReplyDeleteMurah banget, dengan biaya segitu sudah mendapatkan penginapan yang layak dan tentunya nyaman.
ReplyDeleteWah kapan-kapan kalau saya ke jogja wajib mencoba nih ya Mbak.
ReplyDeleteSetuju banget, tidak semua yang murah itu berkualitas jelek. Buktinya banyak kok dengan harga murah tapi terjamin kenyamanannya
ReplyDeleteOrang luar negeri saja banyak yang tertarik menginap di situ, sudah pasti terjamin segalanya.
ReplyDeletefasilitas yang didapatkan tidak kalah dengan penginapan-penginapan lain yang harganya jauh lebih mahal ya, Mbak.
ReplyDeleteOkehh dicatet tempatnya ini. Cocok banget buat kantong backpacker kayak kami. Hehehe
ReplyDeleteSalam kenal dari kami Travel Blogger Ibadah Mimpi
Semoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)