The Heritage Palace dan De Tjolomadoe, Pabrik Gula Yang Bangkit Dari Kubur
Kalau bukan karena beberapa kali mengikuti jejaknya Halim Santosa di blognya jejakbocailang, mungkin saya tidak akan pernah tahu, bahwa gula pernah begitu memberi rasa bagi sejarah bangsa ini. Yeahh, kalau bukan karena catatannya, mungkin selamanya saya hanya akan melihat bahwa Sondokoro hanya tempat bermain anak-anak, Museum De tjolomadoe hanya tempat selfie, dan The Heritage Palace hanya bangunan lawas yang berkonsep macem museum Angkut.
Jika saat bersekolah, istilah culturstelseel atau tanam paksa sering saya dengar, maka usai membaca catatan Halim, saya tahu bahwa pabrik gula adalah salah satu contoh jejak culturstelseel yang pernah ada. Dan eloknya, ternyata di Indonesia ada begitu banyak pabrik gula. Bahkan bekas stasiun Mojang, yang diangkut ke Mesastila Resort yang pernah saya datangi dulu, rupanya juga masih ada sangkut pautnya dengan urusan culturstelseel.
Baca Juga
Yeahh, di catatan ini, saya ingin membahas tentang dua Pabrik Gula yang sebut saja bangkit dari masa lalu. Dua pabrik gula yang kini dihidupkan lagi, meski dalam wujud lain. Wujud tempat wisata kekinian yang makin melengkapi wahana wisata Kota Solo, meskipun secara administratif keduanya sudah tidak masuk wilayah Solo. Batas administratif wilayah Surakarta pancene ‘rodo embuh’.
Dua Pabrik Gula itu adalah PG. Gembongan di Kartasuro, Sukoharjo yang kini bernama The Heritage Palace, dan PG. Colomadu yang kini bernama De Tjolomadoe di Colomadu, Karanganyar. Saya tidak akan membahas sejarahnya, karena bagian masa lalu, sudah dibahas di blognya Mas Halim, silahkan tengok catatannya. Kali ini, saya ingin membahas saja tentang bagaimana kondisi kebangkitan dua pabrik gula tersebut usai terbengkalai cukup lama.
Museum The Heritage Palace
Kalau bukan karena pabrik ini dihidupkan lagi sebagai tempat wisata, saya mungkin awang-awangen mau datang kemari. Melihat kemegahan bangunan The Heritage Palace saat masih bernama PG Gembongan dari blog dan IG Mas Halim tidak serta merta membuat saya langsung tertarik datang kemari. Saya dulu aras-arasen, meskipun megah dan membuat penasaran, pabrik yang terbengkalai pasti bakalan serem buat dikunjungi.
Pun kalau bukan karena hari pertama pembukaan The Heritage Palace Solo yang gratis biaya masuk, saya tentu juga bakal aras-arasen untuk masuk ke dalam meskipun pabrik gula itu tak lagi seram. Yap, saya awang-awangen karena kini biaya masuknya dibanderol Rp. 55.000.
Makanya, pas hari pertama pembukaan masuk Museum ini digratiskan, saya tak melewatkannya.
PG. Gembongan yang dulu merupakan pabrik gula, dan sempat dijadikan tempat menyimpan tembakau, kini terlihat mulai bergeliat. Namun bergeliat tanpa adanya deru mesin pabrik. Secara fisik, bangunan PG Gembongan memang joss. Persis istana di Eropa sana. Bangunannya klasik, mengingatkan saya pada GH Universal Hotel.
Berada di The Heritage Palace, selain menikmati bangunannya yang megah dan artistik, kita bisa berfoto-foto di dekat mobil antiknya bagaikan sedang berada di Museum angkut Malang. Beberapa jajaran mobil klasik disajikan di sana. Selain itu, The Heritage Palace juga menyediakan wahana museum 3D serta toko souvenir. Bahkan ada informasi yang mengatakan, ke depan juga bakalan ada mall di dekatnya. Benar tidaknya, lihat saja nanti.
ini, ada video hasil liputan saya dan beberapa orang blogger solo @dimasuyatno @angwepe @asedino yang tayang di net, silahkan di play^^
Untuk masuk ke The Heritage Palace, Tiket masuknya Rp. 55.000. Sedangkan jam buka Museum The Heritage Palace adalah pukul 9.00-18.00
Lokasi The Heritahe Palace Solo:
Honggobayan, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo Regency, Central Java
Pabrik Gula De Tjolomadoe Solo
Pertama menapakkan kaki di bekas PG Tjolomadoe kalimat pertama yang saya lontarkan adalah “Wow”. Sore mulai beranjak, petang mulai membayang. Seluruh lampu di De Tjolomadoe mulai dinyalakan. Asli, ini bangunan benar-benar kelihatan mewah berpadu dengan temaram lampu. Paduan taman-taman yang tertata rapi plus nyala lampu yang bersinar seperti ingin memberitahu bahwa ia yang sempat mati suri kini mulai bernyawa lagi.
Ia bangkit, membawa nafas baru, bukan dengan topangan detak laju mesin penggiling, namun dengan detak baru sebagai wahana wisata kekinian yang sejatinya tanpa membawa embel-embel tempat selfie, De Tjolomadoe cukup enjoy untuk dijadikan tempat berkumpul bersama orang-orang tercinta. Sekedar jalan bareng diantara tamannya, keliling museumnya, maupun makan bareng di kafe-kafe nyentrik yang ada di dalamnya. Tapi ingat, sebelum pesan makanan, ada baiknya pastikan dulu harga makanan yang akan kamu beli. Biar tak terjadi keterkejutan seperti pengalaman beberapa orang.
serasa berada di pedestrian eropa |
mesin-mesin lawas |
mesin lawas yang sudah tak berputar |
tempat makan di de tjolomadoe |
kafe de tjolomadoe |
Fungsi gula sebagai pemberi rasa manis termanifestasi dengan kebangkitan De tjolomadoe kini. Saya rasa lokasi ini cukup ideal untuk menggoreskan rasa manis pada kenangan kehidupan. Tentunya, dengan mengajak orang-orang spesial yang senantiasa memberikan rasa manis dalam hidup jalan-jalan kemari. Uhuk.
bagian depan The colomadoe kini |
Kantor |
Well, untuk tiket masuk De Tjolomadoe sampai dengan kedatangan saya awal Juni lalu, tarif masuknya masih gratis. Tidak tahu nanti ke depannya gimana. Yang jelas, selama masih gratis, manfaatkan saja untuk mengunjungi Pabrik Gula lawas yang sebelum nasionalisasi merupakan milik Mangkunegaran ini.
De Tjolomadoe
Lokasi: Paulan Wetan, Malangjiwan, Colomadu, Karanganyar Regency, Central Java 57177
Jam Buka De Tjolomadoe: 10.00-21.30
Sejatinya, dua pabrik gula di atas baik De Tjolomadoe maupun The Heritage Palace lebih asik lagi jika para pengunjung dibuat lebih mengerti bagaimana bernilainya ke dua bangunan ini dilihat dari sisi historisnya. Jadi pengunjung bukan hanya sekedar berpikir "ohh, ini pabrik gula lawas yang direvitalisasi terus sekarang bagus buat jadi background poto selfie" tapi mungkin perlu adanya beberapa tur guide yang menerangkan tentang sejarahnya, atau mungkin panel-panel yang menjelaskan bagaimana masa lalunya. Karena saya rasa jika sebuah tempat hanya sekedar mengejar identitas lokasi selfie pada akhirnya akan mudah tergusur jika tidak ada pergantian pemandangan alias tidak ada inovasi berkelanjutan. Kan bosen kuy, poto background sama terus^^
Akhir kata, untuk melihat video tentang The Heritage Palace maupun Museum De Tjolomadoe bisa ditengok ke link ini
Akhir kata, untuk melihat video tentang The Heritage Palace maupun Museum De Tjolomadoe bisa ditengok ke link ini
7 comments
Wah, andai lengkap dengan wahana 3D dan kuwalik-e...
ReplyDeleteOiya, andai pula enek famtrip khusus Heritage Palace khusus blogger ben gratis.. haha
Btw.. Sopo iku @Angwepe..??
Lho kukira kmrn pada rame-rame ke sini itu famtrip alias undangan :D
Deletewkwkwkwk, hla gen singkat hlo. namamu kedawan :-D
Deleteiya, belum sempat masuk ke wahana 3D nya yo
Mas Jo, kita-kita kan blogger independen. haha. Independen, tapi kalo ada yang ngajak famtrip yo gak nolak. jadi, kapan meh ngundang famtrip ke semarang? kwkwk
DeleteDe Tjolomadoe sebenernya lebih asyik dibuat museum. Karena mesin2 raksasanya masih dipajang. Tinggal dilengkapi dg informasi/sejarah sepertinya lebih bagus mbak. Tapi ya itu, kalo urusannya sm BUMN ya artinya jadi tempat komersil. Untuk pertunjukan, pameran, tempat makan dan semacamnya.
ReplyDeleteIyo, pantes museum. Museum modern mungkin.
DeleteWohh, begitu semuakah?
iya. kalau pas ke solo coba tengokin mas
ReplyDeleteSemoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)