Ragam Karya Seni Museum Tumurun Solo
Tak ada papan nama yang menyebut bahwa tempat yang akan saya datangi kemarin adalah Museum.
Memarkir kendaraan di Gor Sritex, saya dan seorang kawan hanya diberitahu, bahwasanya untuk menuju Museum Tumurun kami harus berjalan lurus, dan berhenti saja di kiri jalan di tempat bangunan yang depannya sedang dijaga oleh satpam.
Bangunan itu dari luar tak nampak sama sekali sebagai Museum. Yeah, mungkin lantaran kepala saya sudah termindset bahwa Museum seharusnya bagian luarnya memiliki sisi spesifik, entah dari gaya klasiknya, atau keunikan-keunikan lainnya. Bangunan Museum Tumurun biasa saja dari luar. Hanya saja, ketika saya masuk, pekikan kalimat “wow” langsung meluncur secara otomatis.
Bagian transit tamu museum berupa bangunan yang dilengkapi meja kursi modern untuk bersantai dengan beragam interior kekinian yang berkesan “wah”. Itu baru bagian ruang transitnya. Memasuki ruang pameran beragam benda karya seni yang tentunya berharga mahal dipamerkan kepada pengunjung
“Mohon untuk tidak menyentuh benda-benda museum!” sebelum para pengunjung memasuki ruang pameran, seorang petugas mengingatkan kepada seluruh pengunjung yang berada di ruang transit.
Memasuki Museum Tumurun sangat dibatasi. Tidak semua orang bisa langsung masuk.
Menggunakan nomor antrian, pengunjung yang membludak di hari pertama pembukaan memasuki ruang museum dengan dibagi beberapa kloter.
Berkeliling di sudut-sudut Ruang Pameran Museum, jujur saja membuat saya gagal paham. Dominasi museum ini adalah karya seni lukis abstrak yang tidak juga saya pahami artinya. Meskipun sudah diberi judul, namun saya yang awam ini tak juga kunjung memahami apa korelasi antara judul dan lukisan. Satu-satunya yang saya mengerti hanyalah lukisan 3 dimensi Astoboy yang ada di bagian tengah. Haha.
Setidaknya saya tahu, itu Astroboy, lalu tersenyum bangga.
Ahh, ya, masih ada lagi, lukisan yang saya mengerti yakni lukisan bendera merah putih dan sebuah peta. Saya tahu, itu pasti lukisan bendera serta peta Indonesia. Tersenyum bangga sekali lagi.
Yang lain bagaimana?
Emm, maaf, saya yang terlalu awam ini hanya bisa memaknai lukisan sebatas “Ohh, gambarnya bagus, warnanya keren, dan, ini kece banget buat background foto” lalu cekrik jepret kamera ke sana-sini. Haha
Yakin, nggak ada yang kamu tau?
Emm, mencoba menebak artian yang abstrak-abstrak, daripada artian saya juga abstrak, mendingan saya tidak mengartikan apa-apa saja.
Lahhh???
Well, untuk gambar ini, gambar apa yang kamu lihat pertama kali? Kalau saya jeruk. Tapi lihat baik-baik gambarnya ya! Apa yang kamu lihat? |
“Ini mobil beneran bisa dipakai Pak?” tanya saya kepada seorang petugas museum.
“Lohh, iya. Ini bisa dipakai. Mobilnya berasal dari Holland. Buatan tahun 1938,” jelasnya kemudian.
Saya memekik Wow sekali lagi. Mobil klasik berwarna hitam itu terlihat seperti baru untuk usianya yang sudah tua. Tapi emang beneran keren. Total, terdapat 3 mobil klasik di Museum Tumurun.
Kembali lagi berjalan mendekat ke lukisan Astro Boy, saya baru sadar, ternyata meja kayu yang ada di sana di pahat dengan tulisan aksara Jawa yang sangat kecil dan terlihat detil. Pun dengan lukisan di depan meja tersebut. Lukisan dan pahatan ini merupakan karya seni seorang seniman dari Jogja bernama Eddy Susanto
Lihatlah detil gambar meja ini di bawah |
Susunan aksara Jawa ternyata menjadi penyusun dari gambar meja ini |
Apa itu Museum Tumurun?
Sesuai dengan nama lengkapnya Tumurun Private Museum. Museum ini adalah museum yang berisi koleksi pribadi HM. Lukminto yang merupakan pendiri perusahaan textile PT. Sritex (Sri Rejeki Tekstil).
Arti Tumurun sendiri, disampaikan oleh Pak Iwan selaku putra HM. Lukminto, Tumurun itu mengandung artian turun temurun, maksudnya, harapannya benda-benda di Museum Tumurun ini bisa terus dinikmati masyarakat Indonesia dari generasi ke generasi.
Baca Juga
Museum Tumurun sendiri terdiri dari 2 lantai. Namun di hari pertama kemarin hanya dibuka lantai satu saja. Untuk ke depannya, menurut rencana Museum Tumurun tidak dibuka untuk umum. Hanya akan dibuka secara terbatas. Dimana untuk mengunjunginya harus dengan perjanjian dahulu.
Yeahh, untungnya, kemarin saya sudah menyempatkan diri datang kemari. Nah kalau kamu ingin mengunjungi Museum Tumurun, ada baiknya kamu tanya dulu ke petugasnya syarat untuk mengunjunginya daripada nanti kecelik. Untuk harga tiketnya, kemarin masih akan dirundingkan. Untuk info selanjutnya coba tanya saja ke instagramnya
Mau nonton videonya? Klik saja ke https://youtu.be/ma6WXnbjJUU
Mau nonton videonya? Klik saja ke https://youtu.be/ma6WXnbjJUU
Tumurun Private Museum
Alamat: Jl. Kebangkitan Nasional No.2/4, Sriwedari, Laweyan, Kota Surakarta, Jawa Tengah 57141
6 comments
Owalah..
ReplyDeleteNgono tah isine. hoho
Begitulah. Kau kira apa isinya 😅
DeleteGambar di mejanya keren banget, bisa dari tulisan gitu.
ReplyDeleteIyah keren. Tak terbayang, berapa lama nulis kecil2 begitu
DeleteSolomu mana mas? Museum Tumurun tepatnya di depan hotel margangsa. Dulu bekas tempat biliard katanya
ReplyDeletewah baru ya ini mbak, tapi kok sayang ga dibuka untuk umum. hmmm nama sritex memang melegenda ya di solo raya.
ReplyDeleteSemoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)