Taman Satwa Taru Jurug (Solo Zoo) Riwayatmu Nanti
Hidup ini memunguti waktu, mengumpulkannya satu persatu dalam sebuah keranjang yang kita sebut dengan kenangan.
***
Sekian tahun yang lalu tepatnya November 2015 seorang sahabat baik menemani saya mendatangi Satwa Taru Jurug atau yang kini lebih dikenalkan dengan nama Solo Zoo. Berawal dari cerita saya yang seumur hidup belum pernah main ke Jurug padahal sudah bertahun-tahun mengadu nasib di Solo, ia lantas menawarkan diri menemani saya berkunjung ke sana.
Taman Satwa Taru Jurug adalah sebuah kebun binatang di Solo yang dibangun sejak tahun 1878. Lokasi ini cukup terkenal di kalangan warga Solo dan sekitarnya, salah satunya karena kebun binatang ini merupakan kebun binatang satu-satunya di Solo dan merupakan kebun binatang terbesar di wilayah Surakarta.
Foto diambil November 2015 |
Pertama kali ke Jurug kesan saya: Jurug itu tempat yang keren, sejuk luar biasa. Pohon-pohon tinggi banyak di sana sini, teduh, dan membuat nyaman. Kami sungguh betah saat di sana, menghabiskan waktu berjalan-jalan mengitari tiap sudut jurug. Masuk ke kumpulan kandang burung elang, menyaksikan kijang berlarian, terkagum-kagum melihat onta pertama kalinya.
*foto diambil 2015
Pokoknya kami betah. Dan kian betah saat kami bertemu entah pohon apa ini namanya sedang berbunga.
Pokoknya kami betah. Dan kian betah saat kami bertemu entah pohon apa ini namanya sedang berbunga.
Foto Diambil November 2015 |
Ketika itu, saya yang sejak era lampau memimpikan bisa pergi ke Jepang, merasa bahagia melihat pohon ini. Imajinasi saya berlari-lari, berandai-andai membayangkan bahwa ini adalah kumpulan bunga sakura yang sedang mekar di Jepang sana. Halah.
Saya kian bahagia manakala kami melangkah, kami bertemu dengan sebuah gapura dengan atap biru mirip gapura-gapura di Jepang. Ketertarikan saya membuncah, saat kami mendekat, tulisan huruf Katakana ada di sana dibarengi keterangan bahwa tempat ini merupakan hasil perhimpunan dana Gesang di Jepang.
Mungkin saya sedikit lebay, tapi ketika kamu punya mimpi yang sudah lama kamu damba kemudian kamu menemukan tempat yang lekat dengan unsur-unsur mimpimu, perasaan bahagia itu susah dilukiskan. Saya baru tahu hari itu, bahwa di Jurug ada tempat yang disebut dengan “Taman Gesang.” yang eloknya ini tempat berhubungan dengan Jepang.
Mungkin saya sedikit lebay, tapi ketika kamu punya mimpi yang sudah lama kamu damba kemudian kamu menemukan tempat yang lekat dengan unsur-unsur mimpimu, perasaan bahagia itu susah dilukiskan. Saya baru tahu hari itu, bahwa di Jurug ada tempat yang disebut dengan “Taman Gesang.” yang eloknya ini tempat berhubungan dengan Jepang.
*foto November 2015, diuplod Januari 2017
Taman Gesang merupakan taman yang dibangun oleh para penggemar Gesang di Jepang sana sebagai wujud solidaritas kecintaan mereka terhadap karya Gesang utamanya lagu Bengawan Solo. Dari keterangan yang tertera di batunya, sudah sejak sekitar Oktober 1991 taman ini dibangun. Huhui, usia taman ini sebaya dengan saya rupanya..
Biarpun tempat ini terlihat lawas dan sepi pengunjung, tapi lagi-lagi kami menikmatinya seperti bagian Taman Jurug yang lain disinipun sejuk dengan naungan pepohonan tinggi di sekitarnya.
Foto diambil November 2015 |
Foto diambil November 2015 |
Say Hello Taman Jurug Kini
Saya sebenarnya sudah ingin ke Taman Jurug sejak beberapa waktu lalu lantaran ingin melihat spot baru Air Mancur menarinya yang cukup booming, namun belum juga sempat. Yeahh, saya hanya bisa dipameri sepupu video air mancur menari hasil rekamannya beberapa bulan lalu.
3 tahun berselang usai kunjungan terakhir ke Taman Jurug, saya kembali lagi ke sana. Namun beberapa hal cukup banyak berubah di sini. Beberapa bagian memang terlihat lebih baik, namun beberapa bagian jujur membuat saya kaget.
Saat saya kemari dulu, danau di Taman Jurug bisa dinikmati. Dulu, kami bahkan bisa melihat angsa berenang dan burung entah flaminggo atau apa namanya, berwarna putih berada di sana. Namun di kedatangan kemarin danau tersebut kerontang, kosong tak ada air. Seorang teman menerka, mungkin lantaran danaunya bau karena begitulah kondisi saat teman saya itu kesini terakhir kali. Namun menurut keterangan seorang pegawai hal ini lantaran danaunya memang sengaja dikeringkan karena dalam proses perbaikan.
3 tahun berselang usai kunjungan terakhir ke Taman Jurug, saya kembali lagi ke sana. Namun beberapa hal cukup banyak berubah di sini. Beberapa bagian memang terlihat lebih baik, namun beberapa bagian jujur membuat saya kaget.
Saat saya kemari dulu, danau di Taman Jurug bisa dinikmati. Dulu, kami bahkan bisa melihat angsa berenang dan burung entah flaminggo atau apa namanya, berwarna putih berada di sana. Namun di kedatangan kemarin danau tersebut kerontang, kosong tak ada air. Seorang teman menerka, mungkin lantaran danaunya bau karena begitulah kondisi saat teman saya itu kesini terakhir kali. Namun menurut keterangan seorang pegawai hal ini lantaran danaunya memang sengaja dikeringkan karena dalam proses perbaikan.
Hal yang membuat saya paling terkejut adalah kondisi Taman Gesang kini. Gerbang Taman Gesang yang mengingatkan saya dengan bentuk gerbang di Jepang sana sudah berubah. Ibarat kertas, ia lecek tak terurus. Atap biru sudah tak ada, dan genting-genting yang menaungi saung-saung di dalam Taman Gesang pun juga sudah tak terlihat.
Saat saya menanyakan perihal ini kepada Pak Bimo selaku petinggi Taman Jurug, beliau menuturkan bahwa atap-atap Taman Gesang sengaja dilepas lantaran sudah rapuh dan beresiko jatuh yang bisa membahayakan pengunjung.
Gesang artinya hidup, tapi kini: Aihhh, rupanya Taman Gesang hidupnya tak ubahnya sebagai taman tua yang renta.
Gapura Taman Gesang kini |
Bersama Perwakilan Sasakawa, Dompet Dhuafa dan Pengelola Solo Zoo di Taman Gesang kini yang tak lagi beratap |
Sasakawa Peace Foundation & Dompet Dhuafa Harapan Baru Untuk Taman Jurug
Di kunjungan saya beberapa waktu lalu, kunjungan saya ke Taman Gesang bukanlah kunjungan yang biasa. Saya kemari bersama rombongan rekan Blogger Solo, Dompet Dhuafa serta Rombongan Sasakawa Peace Foundation.
Genting gapura biru itu kini sudah tak ada. Selain karena ada tulisan Katakana, tempat itu sudah tak menguarkan lagi nuansa Jepangnya. Yeahh untungnya kunjungan kemarin saya ke sana bersama dengan orang Jepang asli #tersenyumsenang ahihihi.
Adalah Kazuhiko Tada, Mariko Hayashi serta Akiko Horiba mereka adalah perwakilan dari Sasakawa Peace Foundation. Kunjungan mereka kali ini adalah untuk menilik Taman Jurug. Guna membahas rencana sinergi Sasakawa Peace Foundation bersama-sama dengan Dompet Dhuafa serta Kota Solo dalam mengembangkan lagi Taman Jurug utamanya Taman Gesang.
Taman Gesang yang pernah hidup dengan adanya sumbangsih warga Jepang penggemar lagu Bengawan Solo, semoga saja benar-benar bisa kembali dihidupkan melalui sinergi Sasakawa Peace Foundation dan Dompet Dhuafa.
Saya pertamanya sedikit bingung, karena saya kira Dompet Dhuafa lembaga yang hanya mengurusi Zakat dkk, namun rupanya cakupan dompet dhuafa lebih luas sesuai dengan visinya: terwujudnya masyarakat dunia yang berdaya melalui pelayanan, pembelaan dan pemberdayaan yang berbasis pada sistem yang berkeadilan.
Pengumuman pemenang lomba menggambar anak-anak TK dengan dompet dhuafa |
Sebelum ini, Dompet Dhuafa sendiri telah memberikan bantuan pemberdayaan untuk para pedagang di sekitar Taman Jurug. Ke depannya, Taman Jurug diharapkan tidak hanya menjadi tempat wisata saja, namun juga tempat edukasi dan pemberdayaan masyarakat Solo dan sekitarnya.
Tada San sendiri juga menerangkan bahwa ia berharap bahwa antara Solo dan Tono City sebagai tempat kelahirannya, bisa terjalin hubungan semacam sister city karena Solo maupun kota Tono Jepang menurutnya adalah kota yang mirip, kemiripan kondisi dari segi budaya, serta lingkungan.
Dalam kunjungan pertamanya kemarin para perwakilan SPF juga menyempatkan diri berjalan-jalan menyusuri Taman Jurug melihat aneka rupa satwa yang ada di sana. Akiko San sempat menjelaskan bahwa kebun binatang di Jepang berbeda dengan di Solo Zoo. Menurutnya, kebun binatang di sana penataannya lebih edukatif karena salah satunya adalah tersedianya lebih banyak tempelan pengetahuan di sekitar kandang.
Dalam kunjungan pertamanya kemarin para perwakilan SPF juga menyempatkan diri berjalan-jalan menyusuri Taman Jurug melihat aneka rupa satwa yang ada di sana. Akiko San sempat menjelaskan bahwa kebun binatang di Jepang berbeda dengan di Solo Zoo. Menurutnya, kebun binatang di sana penataannya lebih edukatif karena salah satunya adalah tersedianya lebih banyak tempelan pengetahuan di sekitar kandang.
Yeah, semoga saja ke depan sinergi Dompet Dhuafa dan SPF bisa terwujud dan benar-benar membuat Taman Gesang serta Solo Zoo menjadi jauh lebih baik. Bagaimanapun Taman Jurug adalah salah satu tempat wisata yang ikonik di Solo. Sebagai pendatang yang jatuh cinta dengan Solo saya berharap, semoga tempat ini riwayatnya nanti terus lestari dan terawat.
6 comments
aku tahun 2016, ngajakin Juna ke Jurug...
ReplyDeletebuat aku lumayan sih buat ngenalin binatang ke anak, harapannya yaaa biar Taman Jurug semakin lebih baik ke depannya
Sebagai org sekitar. Doa terbaik pastilah ya. :-)
DeleteTaman gesang kondisinya memprihatinkan ya
ReplyDeleteSangat...
DeletePadahal 2015 kemaren masih bagus, eh kok udah lecek aja..
ReplyDeleteHmm.. Prihatin sekaligus bersalah rasanya..
Karena sebagai warga Solo udah lama sekali tidak berkunjung ke Jurug.. Entah sampai lupa kapan terakhir ke sana...
Huum. Makane sempet kaget.
DeleteWkwkw, kebanyakan main ke kota lain wisata kota sendiri sampai lupa ditengokin ya?
Semoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)