Balada Pejalan Bokek: Traveling Irit Ke Pulau Merak Tak Sampai 50 ribu? Mau?
Sudah lama kami punya rencana buat main bareng ke Pulau Seribu, jadi pikiran saya liburan kemarin itu, momen yang pas. Tapi ternyata setelah hitung-menghitung isi dompet dan ngeliat sederet anggaran kebutuhan selama sebulan ke depan, kami sadar: main ke Pulau Seribu sama saja memaksa mesin ATM buat jebol. Kuy, kami sedang miskin-miskinnya kemarin, dompet nggak memungkinkan banget buat kesana. Jadi mau gak mau, kami pasrah buat menunda lagi main bareng ke Pulau Seribu.
Berhubung saya mau nagih Antin bendera doa oleh-olehnya dari Nepal, segera saja saya memberitahu Antin rencana kedatangan saya ke Jakarta, sekalian saya mau nanya alternatif traveling di Jakarta selain Pulau Seribu. Bertanya pada Antin rupanya sebuah tindakan tepat. Travel Blogger satu ini memberi saya rekomendasi Pulau Merak plus menuliskan sederet itenary serta perkiraan budget buat kesana. Huhuy, saya girang banget waktu ngeliat total perkiraan budgetnya yang nggak sampai Rp. 50.000 kecuali bila sekalian main ke Bakauheni, yang harus tambah Rp. 30.000. Kuy, budgetnya pas banget. Pulau Merak bener-bener pilihan tepat buat liburan hemat di Jakarta
Ngeteng di Pulau Merak
Stasiun Merak tak seperti stasiun yang lainnya. Keluar dari stasiun kami tidak melewati pintu, tapi menyusuri rel kereta sekitar 400 an meter. Baru kemudian kami berjumpa jalan raya dimana beberapa angkot sudah banyak berjejer.
Jalur rel kereta yang kami lalui saat akan keluar stasiun |
Menggunakan angkot, kami lantas menuju dermaga kecil untuk menyebrang ke Pulau Merak. Jarak Stasiun Merak dengan dermaga tak terlalu jauh sebenarnya. Tapi kalau harus jalan kaki ya lumayan bikin pegel.
“Mbak sawer, mbak. Mbak sawer, Mbak,” Kami hendak naik ke atas perahu saat 2 anak kecil menghampiri. Sekitar 5 anak kecil yang sedang berenang-renang di bawah dermaga penyebrangan ke Pulau Merak ikut pula menyembulkan kepalanya mengucapkan hal serupa.
Semula saya kira anak-anak ini hanya anak-anak sekitar yang sedang bermain-main disana. ternyata, mereka anak-anak yang meminta saweran. Seramah mungkin kami berusaha menolak.
Semula saya kira anak-anak ini hanya anak-anak sekitar yang sedang bermain-main disana. ternyata, mereka anak-anak yang meminta saweran. Seramah mungkin kami berusaha menolak.
“Ikut ya, Mbak?” mengerti kami tetap tak akan memberi, seorang anak kemudian mengajukan diri. Meminta ijin untuk naik kapal barengan kami.
Kami tidak ingin menyawer mereka, tapi kalau mengijinkan mereka sekedar ikut naik kapal barengan, sepertinya tak masalah
Kami tidak ingin menyawer mereka, tapi kalau mengijinkan mereka sekedar ikut naik kapal barengan, sepertinya tak masalah
“Ikut aja, yuk!”
7 orang anak langsung sumringah. Mereka bergegas mencari posisi berkerumun di sekitar ujung kapal. Mereka tak banyak berisik, justru asik memandang ke arah laut sambil sesekali melempar ide untuk menceburkan diri berenang di tengah-tengah. Sebagai orang dewasa, kami jelas melarangnya. Tapi yah, tampaknya anak-anak itu memang hanya bercanda. Mereka tidak benar-benar berani dan malah terkikik-kikik kemudian asik kembali memandangi laut. Tampak bahagia naik di atas kapal.
“Mbak sawer ya, Mbak,”
“Iya mbak, sawer ya?” ujar mereka lagi begitu kami turun di Pulau Merak Kecil.
“Nggak ah Dik. Kalian turun aja. Ikutan main aja sama kita disini.” Kami memang sedang berhemat, namun tidak memberi uang ke mereka bukan karena faktor ini. Kami hanya berpikir memberi mereka bukankah sama saja mendidik mereka untuk terus menjadi peminta?
“Yahhh, nggak ahh mbak,” ujar mereka kecewa.
“Nanti kalau sudah sampai sana lagi, sawer ya Mbak!” bujuk mereka masih tak menyerah.
“Nggak dik. Kakak nggak mau nyawer. Ayo ikut main sini aja!”
“Nggak ahh, Mbak” tolak mereka lagi dan tetap berada di atas kapal. Pelan-pelan perahu mulai bergerak meninggalkan kami di Pulau Merak Kecil. Sebelum perahu benar-benar pergi, setidaknya saya lega bocah-bocah itu masih bersedia melambaikan tangannya dan tersenyum meski kami menolak untuk memberi.
Foto Bocah-bocah yang ikut perahu kami saat perahu mulai menjauh |
Pulau Merak kecil cukup sepi. Hanya ada kami dan sepasang muda-mudi yang asik berduaan. Pulau ini berpasir putih, bagian tengahya semacam daratan dengan tanah dan rimbun ilalang serta pepohonan. Sayangnya beberapa sampah terlihat menumpuk di tepian pasir putihnya. Bisa jadi itu sampah yang terbawa arus laut. Tapi bisa jadi juga pengunjung Pulau Merak kurang peduli lingkungan karena di bagian tengah pulau yang merupakan daratan juga terlihat beberapa sampah yang berserak meskipun lebih sedikit.
Tapi lepas dari masalah sampah, Pulau Merak Kecil tetap asyik untuk jadi tempat liburan dekat Jakarta yang murah meriah. Cukup lama kami berada di sini. Sekedar foto-foto, bersendau gurau juga asik main ayunan. Untuk sampai ke Pulau Merak Kecil dari Jakarta Pusat kami benar-benar tak perlu merogoh kocek lebih dari Rp. 50.000. Saya menghela nafas lega, karena itenary yang sudah disusunkan Antin, nyaris tak meleset. Dan ini penting karena pengeluaran kami sampai di Pulau Merak, menentukan juga apakah kami akan lanjut ke Bakauheni ataukah tidak.
Pada awalnya saya mengira Pulau Merak adalah sebuah lokasi yang masih masuk wilayah Jakarta meskipun saya tahu ia bukan bagian dari wilayah Pulau Seribu. Hla wong saya nggak ngerti Merak itu mana, Rangkasbitung itu mana, maka ketika membaca itenary saya masih saja mengira itu daerah Jakartanan. Saya baru ngeh setelah lama ngobrol ma Nana membahas jalur kereta yang dilewati yang ternyata sudah masuk Banten.
Untuk menuju ke Pulau Merak kalau dari Jakarta bisa naik KRL dari Tanah Abang menuju Rangkasbitung. Perjalanan kereta dari Tanah Abang - Rangkas Bitung ditempuh selama sekitar 2 jam perjalanan. Selanjutnya dari Rangkas Bitung - Merak juga sekitar 2 jam perjalanan. Dari Merak oper angkot merah bilang saja ke dermaga tempat menyebrang ke Pulau Merak. Transportasi ke Pulau Merak yang kami gunakan keseluruhan adalah: Taxi Online, Kereta, Angkot
Buat kamu yang belum butuh informasi itenary dan biaya nyebrang ke Pulau Merak dari Jakarta, bisa lanjut postingan ke dua tentang perjalanan oon kami ke Lampung yang 'tidak sengaja'. Tapi kalau memang lagi butuh rincian biaya traveling irit sekitar Jakarta bisa lanjut baca postingan di bawah
Itenary dan biaya Jakarta-Pulau Merak
Karna kemarin itu kami bertiga, jadilah biaya taxi dibagi bertiga. Terus karena kami mengejar waktu buat ke Bakauheni jadi kami tidak main ke Pulau Merak Besar.
Jadi total biaya per orang kemarin hanya:
Untuk jadwal kereta dari Rangkasbitung ke Pulau Merak bisa dilihat di bawah. Sementara kalau untuk waktu penyebrangan ke Pulau Merak sepertinya cuma sampai sore saja. Perahu tidak menunggu saat sampai di Pulau Merak, jadi jangan lupa minta nomor telepon mas-mas di dermaga supaya sewaktu-waktu minta dijemput, perahu bisa segera datang.
Sebenarnya kami bisa saja langsung pulang waktu itu, biar bener-bener irit. Tapi kok rasanya sayang kalau hanya satu objek wisata. Pada akhirnya setelah hitung menghitung, kami memutuskan untuk tetap lanjut ke Bakauheni. Sekalian jalan lah. Nanggung rasanya.
Seperti Apa perjalanan kami sebagai pejalan bokek saat ke Bakauheni, bisa dibaca di postingan kemarin, atau bisa pula dibaca bagaimana kami harus terus berhitung buat menuju Lampung.
Apa Itu Pulau Merak ?
Masih lumayan cantik biarpun banyak sampah |
Pada awalnya saya mengira Pulau Merak adalah sebuah lokasi yang masih masuk wilayah Jakarta meskipun saya tahu ia bukan bagian dari wilayah Pulau Seribu. Hla wong saya nggak ngerti Merak itu mana, Rangkasbitung itu mana, maka ketika membaca itenary saya masih saja mengira itu daerah Jakartanan. Saya baru ngeh setelah lama ngobrol ma Nana membahas jalur kereta yang dilewati yang ternyata sudah masuk Banten.
Jadi Pulau Merak ini merupakan Pulau di desa Mekarsari kecamatan Pulomerak, Cilegon Banten. Terdapat dua pulau yang disebut Pulau Merak yaitu Merak Besar dan Merak Kecil. Pulau Merak yang kami kunjungi adalah Merak Kecil. Menurut petugas, Pulau Merak kecil lebih sering dijadikan jujugan kunjungan, sedangkan Pulau Merak Besar cenderung lebih sepi dibandingkan Merak Kecil dan banyak keranya. Maklum saja, karna ternyata Pulau Merak Besar merupakan kawasan hutan lindung Badan Konservasi Sumber Daya Alam Penprov Banten.
Itenary Dan Biaya Ke Pulau Merak Dari Jakarta
Buat kamu yang belum butuh informasi itenary dan biaya nyebrang ke Pulau Merak dari Jakarta, bisa lanjut postingan ke dua tentang perjalanan oon kami ke Lampung yang 'tidak sengaja'. Tapi kalau memang lagi butuh rincian biaya traveling irit sekitar Jakarta bisa lanjut baca postingan di bawah
Itenary dan biaya Jakarta-Pulau Merak
Tujuan | Transportasi | Lama Perjalanan | Biaya |
KeTanah Abang | Grab | 1 jam | 24.000 per mobil |
Tanah Abang - Rangkasbitung | KRL | 2 jam | 8.000 |
Rangkasbitung - Merak | Kereta Api | 2 jam | 3.000 |
Stasiun Merak - Dermaga Penyebrangan | Angkuta merah | 5 menit | 3.000 |
Ke Pulau Merak Kecil PP | Perahu | 5 menit | 15.000 |
Ke Pulau Merak Besar PP | Perahu | 5 menit | 25.000 |
Karna kemarin itu kami bertiga, jadilah biaya taxi dibagi bertiga. Terus karena kami mengejar waktu buat ke Bakauheni jadi kami tidak main ke Pulau Merak Besar.
Jadi total biaya per orang kemarin hanya:
Taxi Online | : | 8.000 |
KRL | : | 8.000 |
KA Rangkas-Merak | : | 3.000 |
Angkuta | : | 3.000 |
Nyebrang Merak Kecil | : | 15.000 |
Total | 37.000 |
Untuk jadwal kereta dari Rangkasbitung ke Pulau Merak bisa dilihat di bawah. Sementara kalau untuk waktu penyebrangan ke Pulau Merak sepertinya cuma sampai sore saja. Perahu tidak menunggu saat sampai di Pulau Merak, jadi jangan lupa minta nomor telepon mas-mas di dermaga supaya sewaktu-waktu minta dijemput, perahu bisa segera datang.
Jadwal kedatangan kereta merak-Rangkasbitung & Rangkas-Merak |
Sebenarnya kami bisa saja langsung pulang waktu itu, biar bener-bener irit. Tapi kok rasanya sayang kalau hanya satu objek wisata. Pada akhirnya setelah hitung menghitung, kami memutuskan untuk tetap lanjut ke Bakauheni. Sekalian jalan lah. Nanggung rasanya.
Seperti Apa perjalanan kami sebagai pejalan bokek saat ke Bakauheni, bisa dibaca di postingan kemarin, atau bisa pula dibaca bagaimana kami harus terus berhitung buat menuju Lampung.
7 comments
Sampahnya memang banyak, dan itu dari kiriman. Miris sih melihat sampah laut segitu banyaknya
ReplyDeletebetul mas, miris. Asik ya sebenernya kalau bener-bener bersih
DeleteUdah pernah kesini dulu, waktu baru beberapa bulan pindah ke Jakarta, terus kangen pantai. jadilah main ke merak kecil. tapi dulu naik bus, bukan naik kereta :D
ReplyDeleteoalah, sekarang cobain mampir sana lagi aja cobain naik kereta. hehe
DeleteSampahnya sangat merusak pemandangan banget..
ReplyDeleteMantap gan...
ReplyDeleteBismillah
Besok persis mo k sana
Moga bisa nyenengin keluarga
😇😇
Amin... Semoga lancar dan salam kenal. Jangan lupa like fp gubug kecil ya gan :-D
DeleteSemoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)