Klenteng Cu An Kiong, Rumah Candu, Juga Batik Lasem, 3 Wisata Lasem Yang Tak Boleh Terlewat
Lasem, adalah salah satu daerah di Rembang yang mendapat julukan Tiongkok kecil. Julukan yang erat kaitannya dengan keberadaan Lasem yang diyakini sebagai awal mula masuknya etnis Cina ke Jawa yang dipimpin oleh Laksamana Chengho. Wisata Lasem mungkin belum terlalu bergaung namanya. Bahkan beberapa ada yang menyebut Lasem sebagai kota tua yang terlupakan lantaran daerah ini tak banyak orang yang tahu.
Mendatangi Lasem, kesan pertama saya adalah sunyi. Tak banyak lalu lalang kendaraan. Beberapa rumah dengan pagar-pagar tembok bergaya cina terlihat kusam, tak terawat seperti tak berpenghuni, seolah daerah ini daerah kuno yang sudah lama ditinggalkan
Lasem sebagai kota tua penuh sejarah, menawarkan beberapa peninggalan sejarah yang menarik sebetulnya. Ada beberapa tempat wisata yang bisa dikunjungi kala datang ke Lasem Rembang yang sayang kalau sampai terlewatkan
1. Klenteng Cu An Kiong
Tempat Wisata Lasem yang pertama adalah Klenteng Cu An Kiong.
Beberapa sumber menyebutkan, Cina datang ke Indonesia dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah rombongan Laksamana Chengho, yang merupakan seorang Muslim Cina. Namun di kedatangan Cina selanjutnya, ialah rombongan Cina yang berpaham Konfusianisme. Sehingga tak heran jika Lasem juga memiliki beberapa bangunan klenteng.
Beberapa sumber menyebutkan, Cina datang ke Indonesia dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah rombongan Laksamana Chengho, yang merupakan seorang Muslim Cina. Namun di kedatangan Cina selanjutnya, ialah rombongan Cina yang berpaham Konfusianisme. Sehingga tak heran jika Lasem juga memiliki beberapa bangunan klenteng.
Klenteng Cu An Kiong, merupakan klenteng tertua di Lasem, dan bahkan tertua di Jawa. Arti Cu an Kiong sendiri adalah “Temple of Mercy and Peace” Di Klenteng ini terdapat beberapa lukisan tembok yang sudah berusia cukup lama setara dengan usia bangunan. Salah satunya adalah lukisan tentang 36 jenderal langit.
Saya tidak mengerti tentang arsitektur klenteng Cina. Tapi secara keseluruhan klenteng ini mirip dengan klenteng-klenteng lain. Berwarna khas merah, berhias patung, memiliki altar, dihias banyak lampion-lampion, terdapat kotak ramalan, serta terdapat ornamen-ornamen Cina di sana sini. Saya yang awam, hanya bisa menilai sebatas klenteng ini memiliki perbedaan dengan klenteng-klenteng yang pernah saya lihat dari sisi gapura serta ornamen gentingnya. Jika dibandingkan Sam Po Kong, ataupun klenteng di Pasar Gede, klenteng ini menurut saya lebih berkesan Cina klasik. Lantaran bentuk Gapura serta patung jendral langit yang menghiasinya mengingatkan saya dengan film-film silat Cina
2. Rumah Candu Atau Rumah Opium Rembang
Gerbang Samping Lawang Ombo |
Ketika peristiwa geger pecinan terjadi, banyak orang-orang Cina yang diusir dari Batavia. Mereka yang terusir, kemudian berlari ke beberapa tempat, salah satunya adalah ke Lasem, dimana kebanyakan saudara-saudara mereka lebih dulu tinggal. Hal ini berdampak pada semakin pesatnya perdagangan di kawasan Pelabuhan Lasem, yakni di depan Kelenteng Cu An Kiong.
Majunya jalur perdagangan di Lasem, ikut pula berdampak pada majunya beberapa pebisnis opium.
Tak jauh dari Klenteng Cu An Kiong, terdapat sebuah tempat yang berjuluk Rumah Opium. Sebuah rumah berpagar tembok dengan dua pintu masuk di bagian depan dan samping.
Tak jauh dari Klenteng Cu An Kiong, terdapat sebuah tempat yang berjuluk Rumah Opium. Sebuah rumah berpagar tembok dengan dua pintu masuk di bagian depan dan samping.
lubang tempat penyelundupan |
“Lawang Ombo Herritage” sebuah identitas yang terpasang di pintu samping rumah Opium. Tempat ini dulunya digunakan sebagai tempat penyelundupan opium oleh beberapa etnis Cina. Di dalam rumah tersebut terdapat sebuah lubang yang nampak kecil, dengan kedalaman sekitar 3,5 meter yang menghubungkan rumah dengan pelabuhan. Lubang inilah yang digunakan sebagai tempat menyelundupkan opium dari pelabuhan agar tidak diketahui oleh Belanda. Menurut cerita salah satu tur guide di sana, bahkan lubang tersebut juga menghubungkan pula dengan rumah-rumah lain yang juga sama-sama berbisnis opium.
Kini Rumah Opium sudah tak berpenghuni dan lebih digunakan sebagai jujugan bagi yang ingin mendatangi wisata Lasem. Hanya saja, salah satu keturunan pemilik rumah masih sering beberapa kali menilik ke dalam rumah tersebut.
3. Batik Lasem
Jika Solo memiliki Kauman ataupun Laweyan sebagai pusatnya batik, maka Rembang memiliki Lasem.
Batik Lasem dalam sejarahnya sudah terkenal sejak abad ke 13 di era Majapahit. Tetapi sebenarnya, batikLasem sudah ada sejak sebelum abad 13. Keberadaan Batik Lasem sangat dipengaruhi oleh kebudayaan China. Saat era pendaratan Laksamana Cheng Ho, sebagian armadanya menetap dan tinggal di Lasem. Salah satunya adalah Binang Un. Istrinya menjalin keakraban dengan warga sekitar, karena itulah motif-motif batik erat kaitannya dengan budaya cina.
Beberapa motif batik Lasem yang mencerminkan kebudayaan cina, adalah adanya gambar Burung Hong, naga, ataupun bunga teratai. Motif yang paling terkenal dari Batik Lasem adalah motif pesisiran. Dari sisi warna, Warna batik Lasem yang terkenal adalah abang getih pitik atau merah darah ayam. Bukan berarti warna merah batik Lasem dari darah ayam. Namun abang getih pitik ini menunjukkan bahwa warna merah pada batik Lasem lebih berkesan berani. Warnanya juga berbeda, hanya dimiliki oleh Batik khas Lasem.
Warna getih ayam ini, konon dikarenakan karena pewarna yang digunakan bercampur dengan mineral air Lasem. Tetapi sebenarnya, hal ini karena teknik pembuatan warna yang digunakan berbeda. Batik Lasem mempunyai kecenderungan motif yang ramai. Seperti banyaknya titik-titik di celah-celah gambar.
Itu tadi, tiga catatan wisata Lasem Yang Tak boleh terlewat
6 comments
Kemarin aku berkunjung ke Lawang Ombo, dan Kelenteng di sampingnya pas acara Lasem Fest. Sempat juga jalan-jalan di sekitar Lasem
ReplyDeleteJoss mas. Aku malah nggak liat tuh lasem festival
Deleteitu lubang udah kayak lubang buaya saja da...
ReplyDeleteHahaha. Hoo yo pak. Mungkin kalo masuk ada buayanya beneran pak terhubung ke sungai juga soalnya😆
DeleteIni ikutan acara yang dulu pernah di share di grup WA itu, apa mbak?
ReplyDeleteTak kira warna dari getih pitik beneran, ternyata cuma nama motifnya aja to?
Serem bener, mbatinku xD
Bukan mas. Ini yg bareng genpi, dinpar, sama mahasiswa asing.
DeleteHihi. Iya namanya aja
Semoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)