Melihat Langsung Pembuatan Kain Tenun Troso Jepara
Seringnya, kota Jepara lebih dikenal sebagai kota ukir, ataupun mebel. Namun sebenarnya, potensi Jepara tidak hanya tentang ke dua hal itu. Jepara, juga memiliki kerajinan khas lainnya, salah satunya adalah Kain Tenun Troso. Disebut Kain Tenun Troso, karena kain tenun di sini diproduksi di desa Troso. Sebuah desa yang berada di Kecamatan Pecangan Jepara.
Mendatangi desa Troso, kami mengunjungi sentra tenun Mulia Tunggal. Ruang produksi tenun Mulia Tunggal, berupa sebuah rumah bertembok batu bata tinggi. Berlantai semen, tanpa jendela, dengan beberapa lubang sirkulasi udara di bagian atas, dan lubang-lubang kaca tempat masuknya cahaya. Hawa panas terasa saat memasukinya. Alat-alat tenun Bukan Mesin berjajar nyaris memenuhi separuh ruangan di sebelah kiri. Beberapa pekerja terlihat sibuk menaik turunkan alat tenun sembari menyesuaikan tatanan motif.
Di sisi kanan, 3 orang ibu-ibu terlihat menggerakkan roda seperti memintal benang.
“Niki namine malet, niki nyepul --ini namanya malet, ini nyepul--,” ujar salah satu ibu-ibu yang usianya terlihat paling senior dilanjutkan penjelasan tentang fungsi masing-masing.
Saya mengangguk-angguk saja mendengar penjelasannya meskipun saya tidak sepenuhnya mengerti, lantaran istilah-istilah tentang proses yang ia jelaskan adalah nama-nama asing yang baru hari itu saya dengar.
Saya baru agak paham, ketika Pak Nur bercerita ulang tentang proses pembuatan kain Troso Jepara. Itupun, butuh waktu lama hingga saya bisa ngeh bahwa kain tenun troso terbuat dari 2 macam benang, yakni benang lungsi serta benang pakan. Benang lungsi nantinya akan digunakan sebagai benang yang posisinya membujur, sedangkan benang pakan akan digunakan dengan posisi melintang.
Benang pakan, dilakukan proses pemasangan ke dalam plangkan melalui proses yang disebut ngeteng. Setelah tertata dalam plangkan, selanjutnya dilakukan proses pewarnaan. Namun sebelum diwarna, plangkan dipasang motif dan diikat tali plastik pada bagian motif-motif yang dikehendaki. Bagian-bagian yang ditali nantinya akan terlindung dari bahan pewarna saat pencelupan.
Usai diwarna, benang dijemur, dilepas ikatannya dan dilakukan pemintalan lewat proses yag disebut malet. Selanjutnya benang siap dipakai untuk menenun bersama benang lungsi yang sudah diproses juga. Proses penyiapan benang lungsi diwarna dulu, kemudian disepul. Yakni dipintal ke dalam alat sepulan. Selanjutnya dilakukan proses nyekir dimana benang dipendah ke alat BUM sehingga benang nantinya bisa dipasang di alat tenun.
Proses Ngeteng |
Proses nyepul( perempuan tengah) dan malet (perempuan kiri) |
Alat sekiran |
benang yang sudah diikat |
Proses tenun ikat memang terkesan ruwet. Maka wajar kalau tenun troso memiliki harga yang tidak murah. Kain tenun troso harganya mulai 75.000 hingga jutaan rupiah tergantung ukuran dan kualitas.
Dari cerita Pak Nur, pemasaran Tenun troso di tempat ini menjangkau berbagai wilayah di Indonesia, namun paling banyak Bali. Dari Bali, ada pula tenun troso yang dijual kembali ke luar negri. Menurutnya, kain tenun troso memiliki keunggulan dari sisi kecepatan produksi serta kemampuan produksi yang lebih banyak dibandingkan daerah lain.
Baca Juga
Nah, selain main ke pantai kartini maupun Karimunjawa, jangan sampai terlewat untuk berburu kain tenun troso jika datang ke kota Jepara
4 comments
Di indonesia proses pembuatan kain tenun masih dilakukan dengan cara tradisional tapi kualitas tidak bisa dipandang sebelah mata, bahkan pemasarannya bisa tembus ke luar negri ...mantap
ReplyDeletehuum, bikin bangga jadi Indonesia :)
DeleteWow.. Baru tahu kalau ada kain tenun khas juga di Jepara..
ReplyDeleteSetahu saia yang khas hanya ukiran kayu.. hehe
sama. aku juga baru tahu pas kesana itu mas
DeleteSemoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)