Kopi Ketjil Jogja, Kedai Kopi Mini di Siang Hari
Memasuki kedai Kopi Ketjil, saya sedikit terkejut dengan semua keterkecilan yang ada. Yeahh, sesuai dengan namanya, tempat ngopi ini kecil, mini. Kira-kira hanya seukuran sebuah garasi yang muat satu mobil. Di dalam kedai, hanya ada 3 buah meja. 2 meja khusus pengunjung, dan satu meja untuk pembeli sekaligus untuk sang barista meracik kopinya.
Hari itu, 2 meja di belakang sudah terisi. Jadilah saya dan adik duduk menghadap meja tempat sang barista meramu.
“Mau pesan apa, Mbak?” Seorang perempuan muda sembari tangannya sibuk menimbang kopi, menanyai kami. Matanya sempat memandang ke arah kami sebentar, namun kemudian fokus kembali ke kopinya. Rambut selengannya tergerai, jatuh ke depan mengikuti gerakan kepalanya yang sedikit menunduk saat menuang air . Sepertinya, baru kali ini saya ngopi dan baristanya perempuan.
“Kopi tetes saja mbak,” berdiskusi beberapa saat dengan adik, akhirnya menu kopi itulah yang saya pesan.
“Kopinya kopi apa?” tanyanya kemudian.
Saya garuk-garuk jilbab. Memilih jenis kopi kerap kali membuat saya bingung. Kopi apapun, sebenarnya tak pernah cocok dengan saya. Karena sebenarnya saya tidak terlalu suka kopi, dan kerap mengalami masalah setelah meminumnya . Namun selalu saja, di mata saya sebuah kedai kopi menggoda untuk dikunjungi. Tak pelak, ketika adik saya bercerita tentang tempat-tempat ngopi yang begitu banyak tersebar di wilayah Jogja yang Ia kunjungi, saya begitu antusias ingin mendatanginya juga.
“Kopi Aceh mbak,” ujar saya akhirnya.
“Oke” sang barista tersenyum . Ia kemudian melanjutkan aktifitasnya membuat beberapa pesanan kopi.
“Dia pembimbingnya siapa tho?”
Kedatangan saya ke Kopi Ketjil bebarengan dengan saat saya sedang riweuh-riweuh-nya mengerjakan skripsi. Maka kata “pembimbing” yang barusan saya dengar dari bangku sebelah mau tak mau menarik perhatian saya.
Beberapa anak muda terlihat nyaman di posisi duduknya. Selain gelas-gelas kopi, jajaran laptop menjadi barang yang ada di hadapan mereka. Awalnya saya kira mereka main game, tapi mendengar bahasannya, sepertinya mereka adalah para pejuang skripsi. Rasanya, kala itu saya ingin bersulang dengan mereka dan berujar “kita sama bro”. Tapi tentu saja, terlalu gokil kalau itu beneran saya lakukan.
Saya mengedarkan pandang. Kertas-kertas berisi gambaran pensil di atas meja para mahasiswa itu memberikan kesan tempat ini “berkarakter”. Tempat ini seperti ingin menunjukkan kalau pemiliknya, atau mungkin pegawainya adalah manusia-manusia penyuka desain dan kopi.
“Tambah susu ya mbak,” ujar saya disambut senyum adik saya, perempuan di samping saya, juga sang barista. Yeahh, senyum-senyum seperti itulah yang selalu saya dapatkan di kedai kopi manapun kala minta tambahan pemanis. .
Baca Juga
Saya pernah mendengar, katanya, kalau orang nggak suka kopi pait itu artinya : dia belum pernah, benar-benar menghadapi paitnya hidup. Halah, mboyak lah. Sebagai manusia waras, saya berdoa saja semoga hidup saya memang selalu manis ^^
Menu-menu di Kopi Ketjil
Tempat ngopi ini tidak menjual makanan apapun. Hanya tersedia kopi di sini. Untuk daftar menu kopi apa saja yang dijual di Kopi Ketjil berikut ini daftarnya:
Kopi Ketjil buka dari jam 9 pagi, inilah yang menjadi alasan kami datang kemari. Sangat jarang kan ada tempat kopi yang buka sejak pagi. Siang sekitar pukul 14.00 kami muter-muter nyari tempat ngopi. Pada akhirnya Kopi Ketjil lah yang jadi pilihan.
Ketika hendak pulang, saya baru sadar, ternyata di kopi ketjil Jogja terdapat menu kopi syphon. Alat kopi ini mengingatkan saya saat masih sekolah dulu. Bentuknya benar-benar mirip dengan sifon alat ekstraksi simplisia.
Hah, tapi saya tak mungkin menambah pesanan kopi saya. Jangankan tambah. Segelas kopi saja kemarin sudah membuat saya nyaris pingsan. Keringat dingin, dan tremor saat menunggu bus untuk balik ke Solo. Beruntung, tempat menunggu bus di dekat saya adalah warung hik. Biarpun sebelum ngopi saya sudah makan, tapi ternyata efek kafeinnya masih saja terasa di tubuh. Maka dari itu, saya langsung mengambil 2 nasi bandeng dilengkapi dengan beberapa sundukan. Entah bagaimana prosesnya, yang pasti tiap kali saya merasakan efek kopi, makan adalah solusi yang saya ambil. Dan untungnya itu selalu berhasil. Efek kafein sebagai stimulan saraf pusat, konon adalah penyebab orang-orang sensitif kafein seperti saya merasa gemetar atau keringat dingin setelah minum kopi. Tapi apapun itu, selama ini saya tak pernah merasa benar-benar kapok mendatangi tempat ngopi dan mencicipi kopinya.
Kopi Ketjil
Jl. Demangan Baru No.8a, Caturtunggal, Kec. Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281
9 comments
Wogh.. Njogja mbak...?
ReplyDeleteYuhuu
DeleteIni tempat favoritku saat nongkrong. Dekat kos hahahhahha
ReplyDeleteWahh tau gitu mampir mas
DeleteKalo aku lambung mbak ga pernah nyaman setelah minum kopi. Makanya ga terlalu suka juga hehe
ReplyDeleteTapi kalo aku nekat mas 😀
DeleteAku doyan kopi pait, hidupku paitkah? Hahaha
ReplyDeleteKopi Sidikalang pakai syphon super nikmat :3
woooww harganya lumayan merakyat mbak
ReplyDeleteWah asik nih, kalau lagi ke daerah sini bisa mampir lah. Nice share, jadi tahu ada kedai kopi mini ini..
ReplyDeleteSalam kenal ya..
Semoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)