Perkenalkan, Kali Pucung Ngargoyoso, Rafting Ala-ala dari Karanganyar
Apa yang ada dalam pikiranmu ketika disebutkan kata rafting? Kalau saya, yang terlintas dalam benak adalah sebuah aliran sungai yang deras dengan sebuah kapal karet diatasnya. Lantas setiap orang yang naik kapal itu membawa perlengkapan dayung, helm dan pelampung.
Tapi di Karanganyar, berbeda. Ada sebuah tempat yang dijuluki Kali Pucung, tempat rafting ala-ala, yang cukup unik untuk didatangi.
“Tadi saya ngelempar sandal ke pinggir jalan, Mbak. Mungkin itu sandal sampean,” cerita mas-mas yang jadi leader tubing kami saat hari itu saya dan teman-teman baru saja selesai tubing di Kali Pucung. Hari mengasyikkan menyusuri Kali Pucung hari itu sayang sekali harus diakhiri dengan tragedi sandal saya yang hilang. Huh, kok yo enek-enek.
Kelihatannya sandal saya tadi jatuh terbawa arus, lantas sewaktu ban masih melaju tangan masnya menemukan sandal, ia dengan reflek membuang sandal saya ke pinggir. Huh, tapi untunglah, berarti tidak hanyut terbawa arus Kali Pucung.
“Di sebelah mana mas?”
“Tadi di dekat jembatan,”
Singkat cerita, saya pun susur lagi jalur sekitar Kali Pucung. Bolak-balik ke garis start awal, lalu kembali lagi sampai ke finish. Salah saya sendiri sebenernya, kok ya pakai acara bawa sandal segala padahal yang lain nyeker sejak dari tadi. Ya begitulah, hari itu saya kemayu, malas memijak jalan tanah yang sedikit becek, makanya saya memilih membawa sandal saat berjalan dari tempat kami berkumpul, tepatnya di depan bagian utama lokasi Kali Pucung yang lebar menuju garis start awal adventure Kali Pucung.
Tiba di lokasi start awal, saya baru ngeh bahwa jarak menuju garis start Kali Pucung dengan lokasi kami berkumpul itu lumayan jauh. Jadilah saya malas lagi kalau nantinya harus disuruh bolak-balik ke sana ngambil sandal. Makanya, saya memutuskan menyelipkan sandal diantara tali pelampung daripada nanti harus bolak-balik.
Niat awal bawa sandal ke start awal karena malas becek. Lalu niat selanjutnya selipin sandal ke pelampung karna malas nanti harus balik lagi. Ehh, malah ujungnya semua kemalasan yang saya hindari itu harus saya alami. Duhh, apes. Gitu-gitu kalau sandalnya ketemu. Ujungnya zonk.
Yang bikin makin sakit itu ketika ke dua kalinya saya susur nyari sandal saya melihat segerombolan anak-anak di pinggir jalur Kali Pucung. Dari kejauhan, sayup-sayup saya mendengar salah satu mereka berujar “Ehh, ada sandal. Ini sandalnya siapa ya?”
Saya menelan ludah. Pasalnya, sejak tadi, dari kejauhan saya melihat aktivitas anak-anak itu yang melempari sesuatu ke dalam sungai. Mungkin semacam lagi main kapal-kapalan.
“DEKK, ITU SANDALKU!!!” teriak saya takut kalau-kalau sandal saya dijadikan kapal berikutnya. Tapi nampaknya mereka tak mendengar teriakan saya. Saya cukup tergopoh menghampiri mereka yang tampak sudah selesai dengan mainannya, lantas bergegas pergi.
“Dek, kalian lihat sandal? Dimana?”
Kelima bocah itu saling pandang lantas memberikan senyuman tak berdosa
“Ohh, itu sandalmu tho Mbak? Wahh, wes tak kelekke 1,” ujarnya diakhiri dengan senyuman lagi. Alamak, telat. Saya langsung lemas
“Yuh dikk, kok yo mbok kelekke tho?2 Aku padahal udah bolak-balik dua kali lho gara-gara itu sandal,” ujar saya. Si bocah-bocah itu malah cekikikan.
“Hla ora reti lho mbak. Tak kiro renek sing duwe3. Coba mbak carien lagi, siapa tau belum jauh,” ujar mereka. Saya pun menurut. Dengan tergesa meneruskan susur lagi, berdoa penuh harap semoga aliran Kali Pucung melambat, atau sandal saya saja yang tertambat di pinggiran.
Namun sayang, sandal saya tetap tak diketemukan. Huh, ya sudahlah. Setidaknya saya bersyukur, itu sandal harganya cuma Rp. 10.000 saja. Walaupun akibatnya, hilang keanggunan saya gara-gara musti cekeran dari Kali Pucung sampai pulang ke rumah. Yeah, paling tidak kecewanya nggak banget-banget lah. Hihi.
Memang Ada Apa di Kali Pucung?
Saya menyebut Kali Pucung tempat rafting ala-ala. Kenapa ala-ala? Hehe, Lantaran Kali Pucung lebih tepat disebut tubing. Yup. Pengertian tubing kan kegiatan meluncur bebas di atas permukaan sungai yang berarus ringan dengan menggunakan ban dalam mobil. Nah, seperti itulah kali pucung.
Mendengar nama Kali Pucung, ingatan saya langsung terbang ke sebuah artikel jalan-jalan di sebuah Koran nasional tentang Desa Giothoorn di Belanda. Sebuah desa wisata yang mana mereka memanfaatkan kanal-kanal sungai sebagai tempat wisata. Di desa itu, para turis bisa merasakan sensasi berkapal di atas sungai kecil yang alirannya jernih sembari menikmati pemandangan desa yang asri. Kalau belum tahu, coba deh browsing. Itu desa bikin mupeng buat ke Belanda.
Biarpun ketika di kali pucung view asri yang kita dapat bukanlah view pedesaan, tapi kali pucung menyajikan view yang tak kalah asrinya: yakni jajaran hijau perkebunan teh kemuning. Jika Desa Giothoorn bakal membuat kita mendapat nuansa romantisme yang begitu kuat, kalau di Kali Pucung yang kita dapatkan adalah sensasi adventure yang mendominasi.
Bagaimana tidak? Tubing di Kali Pucung mengharuskan kita mengalir bersama ban karet, melintasi aliran air yang sempit dari sejak garis start awal. Selanjutnya akan berhenti sementara, di garis start kedua. Start ke dua Kali Pucung berupa tempat aliran air yang dilebarkan, sehingga membentuk seperti sebuah kolam yang dibendung.
Bertolak dari garis start kedua, jajaran ban-ban pun akan melaju kembali melalui jalur alami Kali Pucung yang sempit. Yang bikin seru, jalur aliran sungai Pucung posisinya terus menurun, arusnya cukup tenang tetapi sesekali ada titik-titik dengan turunan aliran cukup tajam yang membuat perjalanan makin mendebarkan. Belum lagi, saat perjalanan kita harus melewati terowongan-terowongan sempit dari jembatan dan jalan di sekitar Kali Pucung. Ini yang paling bikin jantung deg-deg ser.
Terowongan yang kita lewati saat tubing di Kali Pucung |
Aliran Kali Pucung |
Turunan Kali Pucung |
Selain melakukan tubing di Kali Pucung, kalau ke Kali Pucung kita bisa pula naik-naik ke gardu pandang Kali Pucung. Lokasi Kali Pucung yang membelah perkebunan teh cukup asik untuk melihat hamparan hijau teh yang menyejukkan mata. Nah, nanti kalau tiba-tiba perut terasa lapar, tenang saja, ada banyak warung di sekitar kali Pucung. Kalau mau jalan sedikit, tak jauh dari Kali Pucung juga bisa mampir ke Resto Kemuning. Resto ini menyajikan menu seperti ikan bakar, ayam bakar dan sebagainya. Lokasinya juga bisa dipakai untuk outbound. Mau flying fox pun bisa di sini.
Kali Pucung, merupakan destinasi wisata Karanganyar yang digarap warga. Warganya setiap hari bekerjasama mengelola wisata Kali Pucung. Biarpun sandal saya hilang, waktu itu saya ogah kehilangan momen explore sekitar Kali Pucung. Maka berbekal sandal pinjaman teman yang lebih memilih leyeh-leyeh di warung, saya nyobain menengok Kali Pucung di balik layar.
Jalur Kali Pucung tidaklah melingkar seperti yang saya kira sebelumnya. Sehingga dari start awal sampai finish, Ban yang dipakai untuk tubing harus diangkut secara manual. Ban-ban tersebut dinaikkan ke dalam motor pengangkut, yang kemudian diangkat tangan menuju lokasi start. Nah, mengangkutnya ini lewat jalur belakang, melalui sebuah perkebunan warga. Di dekat perkebunan ini pulalah ada salah satu rumah yang menjadi tempat perawatan ban-ban yang merupakan ban dalam truk tersebut.
Kali Pucung, merupakan destinasi wisata Karanganyar yang digarap warga. Warganya setiap hari bekerjasama mengelola wisata Kali Pucung. Biarpun sandal saya hilang, waktu itu saya ogah kehilangan momen explore sekitar Kali Pucung. Maka berbekal sandal pinjaman teman yang lebih memilih leyeh-leyeh di warung, saya nyobain menengok Kali Pucung di balik layar.
Jalur Kali Pucung tidaklah melingkar seperti yang saya kira sebelumnya. Sehingga dari start awal sampai finish, Ban yang dipakai untuk tubing harus diangkut secara manual. Ban-ban tersebut dinaikkan ke dalam motor pengangkut, yang kemudian diangkat tangan menuju lokasi start. Nah, mengangkutnya ini lewat jalur belakang, melalui sebuah perkebunan warga. Di dekat perkebunan ini pulalah ada salah satu rumah yang menjadi tempat perawatan ban-ban yang merupakan ban dalam truk tersebut.
Salah satu warga yang mengangkut ban |
Perkebunan Kali Pucung |
How Much and How To Get There?
View Kebun Teh ari Gardu Pandang |
Tarif untuk tubing di Kali Pucung ada dua pilihan. Jalur pendek sekitar 800 m tarifnya Rp. 15.000 Sementara kalau mau Tubing jalur Panjang 1,2 km tarifnya Rp. 25.000. Ada juga paket untuk outbound. Nah untuk jam bukanya sendiri antara pukul 8.00-17.00
Lokasi Kali Pucung ini ada di komplek Kebun Teh Kemuning. Tak jauh dari tempat saya ketemu Pak Polisi yang nraktir saya mie rebus di warung Kemuning dulu. Dari Solo ikuti saja jalan lurus ke Tawangmangu. Nanti sampai pasar kemuning kemudian belok kanan. Nah habis itu tinggal ikut jalur.
Selengkapnya ikuti saja map di bawah ini
Tips Tubing di Kali Pucung
1.Usahakan untuk selalu memakai pelampung dan helm. Kalau kebetulan pas habis sih mendingan nunggu. Untuk pengamanan diri saja. Karna saat tubing kita diharuskan menerobos terowongan, jadi untuk pengamanan kepala perlu lah.
2.Pakai Kamera action. Saya rasa kodrat action cam bakalan pas dipakai untuk merekam seseruan di sini. Jangan Cuma pakai action cam untuk selfie-selfiean di tempat yang biasa-biasa saja lah. Haha
3.Jangan bawa sandal meluncur di kali pucung kalau tak mau sandal hanyut seperti punya saya
4.Bawa baju ganti. Iyalah, kan nanti bakal basah-basahan
5.Explore sekitar kemuning. Kali Pucung ini dekat dengan lokasi wisata yang lain. Candi Sukuh, Candi Cetho, Candhi Palanggatan, Candi Mendung adalah beberapa diantaranya. Jadi sudah sampai sini sekalian saja mampir ke tempat-tempat tersebut.
Kali Pucung Adventure
Alamat: Kemuning, Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57793
Provinsi: Jawa Tengah
12 comments
Ah, dadi pengin tubbing jugaa. Aku kan seneng main air.
ReplyDeleteMbak ety kan juga karanganyar. Mampir gih
DeleteUntung sendalnya nggak yang mahal ya mbak :)
ReplyDeletePaling penting bagian kamera, biat Eksis! Hihihi
Iya mbak. Untung 10 ribu doang. Hehe
Deletewah asyik kuwi ya mbak, hawane adem tur aruse gak deres, dadi bisa nikmati alame :D
ReplyDeleteYup hooh mas
DeleteMengangkat ban segede itu lumayan pegel juga yak hihi
ReplyDeleteCuma sungainya emang ga lebar seperti lokasi rafting pada umumnyakah?
Duh liat kebun pakcoy tetiba pengen berkebun ria
Pakcoy mbak? Apa itu? Aku malah ga tau. Hehe.
DeleteMakanya ini tempat rafting ala-ala
85k tak terlalu mahal juga ya. Aku tersenyum pas baca sendalmu dibuang wkwkwk
ReplyDeleteweleh murah meriah mung 85K, mesakke adike disuruh angkat ban sebesar itu mbak aida...
ReplyDeleteSaya kira rafting beneran...ealah cuman tubing...wkwkww
ReplyDeleteMasuk list aktivitas kalau main lagi ke karanganyar nih.. :D
Aku baru tahu nih di Karanganyar ada ini. :D
ReplyDeleteItu kalinya bisa dibilang kecil ya, malah lebih kayak selokan.
Tapi pasti pengalamannya itu sih yang wajib dicobain. :)
Semoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)