Menguntit Parade Festival Tidar, Gunung Tidar Magelang
Ini tentang perjalanan, ke sebuah gunung yang tak pernah terlintas sekalipun di benak saya
***
Gunung Tidar terlihat dari Hotel Artos |
“Aku nggak iso move on dari Magelang! Sana itu terlalu damai,” sayup-sayup saya ingat kembali tentang percakapan dengan seorang teman beberapa tahun silam.
Lama kami tak mengobrol. Dan kemarin, ketika saya menghadiri undangan dari Disporabudpar kota Magelang, saya mendadak ingat tentang kawan saya itu.
“Terlalu banyak kenanganku tertinggal di Magelang.” Saya tersenyum. Ingat lagi lanjutan ucapannya.
Aihhh, atmosfer teduh kota Magelang yang juga saya rasakan sejak mulai memasuki kawasannya, inikah yang membuat kawan saya mengalami tingkat kebaperan yang cukup akut?
Mendadak saya jadi sedikit mengerti kenapa ia menjadi begitu melankolis jika membicarakan tentang Magelang. Apalagi berdasarkan ceritanya, kekuatan masa lalunya, penuh lingkup keramahan pribadi masyarakat Magelang. Saya saja yang hanya sempat bercakap-cakap sebentar dengan beberapa orang ketika tersesat saat sendirian mencari ATM, serta sedikit mengobrol dengan beberapa orang di alun-alun sudah bisa merasakan aura keramahan kota dengan julukan kota sejuta bunga ini.
Maka pantas lah, kalau kerinduan mendalam pada Magelang susah terlepas dan merajam jauh ke bilik hati kawan saya, mengingat kini sangat mustahil bagi kawan saya untuk kembali lagi ke kota itu.
Sebuah perjalanan ke Gunung Tidar
Saya jarang sekali mengexplore Magelang. Terakhir, ke Magelang setahun lalu. Itupun hanya mendatangi salah satu resortnya. Dan nama Gunung Tidar, baru kali itu bergaung ke telinga saya.
“Ini kita ikutan naik?” tanya saya sedikit shock pada Mbak dedew.
Pertanyaan saya pun terjawab dengan langkah kaki saya bersama para blogger, media, travel agent, dan buzzer beberapa sosial media yang terus melangkah mengiringi peserta festival tidar menaiki satu persatu anak tangga. Ouhhh, Saya kira gelaran festival Tidar hanya akan melakukan arak-arakan karnaval di jalan raya. Tapi ternyata, acara sebenarnya dari ritual budaya ini justru ada di puncak Gunung Tidar.
Amazing.
Saya benar-benar tak menduga hari itu saya bakal naik-naik gunung lagi. Bagi saya yang sudah agak lama nggak mendaki, ini suatu surprize yang amat menyenangkan. Untunglah, ketinggian Gunung Tidar hanya berkisar sekitar 503an mdpl. Sedikit lebih pendek dari Gunung Gandul. Tapi biarpun begitu, anak tangga dari bawah hingga puncaknya yang harus kami lalui tetap saja membuat kami kepayahan.
Arak-arakan parade Ritual Ruwat Bumi ini diikuti oleh warga masyarakat kota Magelang dari 17 Kelurahan. Masing-masing dari mereka mengenakan pakaian budaya seperti beskap, baju batik, blangkon, kebaya, dan beberapa mengikatkan jarik sebagai bawahannya. Dengan pakaian-pakaian itu, mereka masih harus membawa senik, juga tampah berisi ingkung, tumpeng, dan beragam ubo rampe makanan khas ala bancakan.
Kebayang bagaimana susahnya naik-naik tangga mengenakan pakaian semacam ini dan membawa ragam makanannya. Tapi, keguyuban dan rasa kekeluargaan mengikuti acara nampaknya membakar semangat mereka hingga para peserta bisa mencapai puncak. Meskipun beberapa terlihat kepayahan, goresan senyum dan tawa-tawa secerah mentari tetap menghias wajah-wajah lelah mereka.
Kebayang bagaimana susahnya naik-naik tangga mengenakan pakaian semacam ini dan membawa ragam makanannya. Tapi, keguyuban dan rasa kekeluargaan mengikuti acara nampaknya membakar semangat mereka hingga para peserta bisa mencapai puncak. Meskipun beberapa terlihat kepayahan, goresan senyum dan tawa-tawa secerah mentari tetap menghias wajah-wajah lelah mereka.
Maka, saya merasa malu jika saya harus kalah dengan rasa lelah. Energi positif mereka seolah teralirkan, membuncahi saya dengan semangat 45 menikmati festival Tidar hingga selesai.
Gunung Tidar dan Kisahnya
“Tugu disitu yang disebut-sebut pakuning tanah jawi,” ujar mas duta wisata kota Magelang yang menemani kami. Sebuah tugu dengan huruf aksara jawa “Sa-dibaca so-” mengelilingi tiga sisinya, terlihat berdiri dengan dikelilingi pagar besi pendek.
Tugu “So So So”, memiliki filosofi tersendiri. So So So, merupakan kependekan dari peribahasa Jawa, “Sopo Salah Seleh”. Peribahasa ini merupakan sebuah nasihat yang berarti Siapa yang salah suatu saat pasti akan kalah.
Salah satu keunikan tersendiri dari festival tidar yang hanya ada setahun sekali ini adalah ditampilkannya tari caraka walik. Sebuah tarian yang menampilkan 5 orang penari dimana para penari ini menggunakan dupa menyala di atas sanggulnya.
Tari Caraka Walik namanya memiliki artian Hanacaraka yang dibalik. Saya sempat menanyakan, kenapa harus hanacaraka yang dibalik? Rupanya Hanacaraka yang dibalik menurut kisahnya merupakan sebuah mantra dan tarian ini menggambarkan sebuah cerita tentang cerita semar yang menolak bala.
Lantas saat seorang wartawan bertanya kepada salah seorang penari laki-laki mengenai arti dandanannya yang menyerupai perempuan rupanya ini pun ada ceritanya.
“Karena semar itu kan ada yang berpendapat ia sebagai jin, dan ia tidak diketahui apakah laki-laki atau perempuan,” jawabnya. Wow, rupanya segala konsep dari tarian ini banyak mengandung filosofi kisah.
Acara ritual festival Tidar di Gunung Tidar ini lantas diakhiri dengan kegiatan makan bersama. 17 warga kelurahan dengan guyub saling berbagi makanan, bahkan dengan ramahnya mereka menawari kami dan para pengunjung lain untuk ikut makan bersama. Para anak-anak dengan lugunya berkeliling mencari makanan enak dari tiap-tiap kelurahan. Penuh riang mereka mencicip tempat-tempat yang masih memiliki telur daging dan lauk-pauk yang bagi mereka enak. Aihh, lucu. Saya merasakan kehangatan suasana kekeluargaan dari para warganya di sini.
Gunung Tidar dengan ketnggiannya yang dibawah 1000 mdpl bisa kita gapai dengan waktu sekitar 30 menit. Yang sangat saya suka dari tempat ini adalah bagaimana rungkut pohonnya masih lebat dan mampu memberikan kesegaran udara alam yang menyenangkan.
Selain itu, dari sini, kita bisa sedikit mengintip bagaimana view jajaran rumah kota Magelang yang sama-samar mengintip diantara rungkutnya pohon. Di beberapa titik, terdapat rest area istirahat yang cukup teduh untuk sekedar menghirupi sejuk udara pegunungan. Terdapat pula tempat semacam aula kecil di depan makam syekh Subakir yang bisa kita manfaatkan untuk bersantai. Di puncak, selain kita bisa melihat tugu monumental “so so so” kita bisa melihat pula semacam bangunan menyerupai tumpeng raksasa yang diceritakan sebagai makam semar.
Di kaki gunung tidarnya, tepatnya sebelum tangga naik, ada banyak aneka kuliner di sana. Sekedar bersantai di sudut-sudut tamannya pun tanpa naik, keliatannya juga bakalan asik. Pagi-pagi menghirup udara segar sembari icip-icip kuliner di kaki gunung tidar, hemm pasti seru.
Nah, untuk jalan-jalan ke Gunung Tidar sebagai mungkin alternativ wisata Magelang selain Borobudur, aksesnya cukup mudah. Dari Jogja atau Semarang, bisa naik bus, turun di Artos Mall naik angkot nomor 2, turun di toko roti Lezat (ini sudah masuk kawasan parkir gunung Tidar) Dari Artos Mall jaraknya sekitar 1-2 km. Menurut Mas Andi, panitia acara, kira-kira jarak yang ditempuh ketika naik angkot sekitar 5 menit.
Untuk masalah tiket masuk, Gunung Tidar cukup ramah sekali dikantong. Pasalnya, untuk naik ke atas, tarifnya masih dikenakan tarif seikhlasnya. Dan, tempat ini pun bisa diakses selama 24 jam. Wow banget lah.
Biarpun belum tuntas rasa lelah saya memacu motor dari Solo ke Magelang sambil menguntit adminnya lagilibur.com, dan sekarang ditambah lelah naik-naik gunung, tetap saja, keasyikan mengikuti acara ini mengalihkan dunia saya. Yeah, Gunung Tidar hari itu menjadi surprise tersendiri pada hasrat pendakian yang tak jua terlampiaskan. That’s why, I’m so happy. Hihi.
Nah, kalau ke Magelang, bisa banget tuh menjadikan Gunung Tidar sebagai alternativ tempat wisata.^^
43 comments
Baca tulisannya jd tergoda pengen kesana..keren mbak
ReplyDeletecobalah buat ke sanambak wied :)
Deletetapi katanya angker kak :3
ReplyDeletesetahu saya gunung tidar belum banyak dikunjungi sebagai tempat wisata, padahal potensinya lumayan bagus karena terletak ditengah kota.
mungkin karena di sini seringnya dipakai sebagai tempat wisata ziarah ke makam syeckh subakir. Serta karena beragam cerita tentang semar yang konon adalah jin. Makanya banyak yang menganggap tempat ini angker. Tetapi sebenarnya kemanapun kita melangkah asal niat kita baik, pasti juga bakalan baik ujungnya mas :). Gunung tidar ptensinya lumayan, apalagi buat para penggemar adventure dan sejarah
Delete(((((Menguntiiiittttt))))) hahaha
ReplyDeletekan iyo, aku menguntit dirimu wingi. wkwkw. apa bahasa yang lebih pas terusan?
DeleteWah ternyata mbak suka menguntit ternyata kwkwkw... Gunung ini juga ada wisata spiritual juga saya dengar... Banyak yg ziarah ke sinu katanya :D
ReplyDeletewekekek. mbuntut boso bekene. Iya, wisata spiritual, karena di sini kita bisa berziarah ke makam syeckh subakir yang merupakan orang turki yang mempunyai jasa menyebarkan islam di sini
DeleteWaah jepretable yaa tempatnyaa.. Aku malah baru tahu ada gunung ini di magelang .__.
ReplyDeletelumayan mbak. saya juga baru tahu kemarin itu
DeleteAwalnya juga bingung kok ada penari cowok di antara kelima penari yang semuanya cewek. Ternyata masnya justru salah satu pencipta gerakan tari Caraka Walik. Jadi jenis kelaminnya Semar cewek atau cowok ya? Hahahaha.
ReplyDeleteLah kui yang jadi ketidaktahuan. wkwkwk
Deletesemua pada nulis Gunung Tidar. dan aku datengnya telat jadi ga bisa nulis :(
ReplyDeleteHehe, nggak apa-apa mas. kan runtutan festivalnya kemarin ada banyak. jadi banyak yang lain yang bisa ditullis :)
DeletePasti seru ya makan bareng2 begitu. :D
ReplyDeleteseru kak. begitu guyub
DeleteAduh, jadi pengen ke sana. Pasti seru. ^_^ Pemandangan alamnya juga cantik
ReplyDeleteMampir mb prima kalau traveling ke magelang
DeleteSeru banget tuh. Eh, dikata sana banyak hantunya apa iya? Tapi kalau ke sana bareng teman2, pasti serunya berlipat2
ReplyDeletekarena tempat wisata ziarah juga, serta adanya legenda tentang jin kiai semar, makanya tempat ini dikenal angker. tapi asal niatnya baik dan jangan sendirian, saya rasa sih bakalan tetep asyik wisata ke sini. Seru lho
DeleteAhaha, itulah Magelang, sebagai kota satelit, rasanya memang cocok untuk mengorbit di dalamnya.
ReplyDeleteBeruntung kemarin cuman mendung aja ya Mbak, gak sampai hujan, apalagi sampe hujan duit...hehe
tak tampani mas karo bawa karung goni malahan nek udan duit
DeleteGunung Tidar kayaknya pernah jadi scene y salah satu novel cersil juga yak? Lupa judulnya. Tapi ada Tidarnya.
ReplyDeleteMagelang saya suka tempatnya adem.
Judulnya apa mbak?? Wah penasaran banget ki. Kalau udah inget kabari ya mbak. Mau aku baca, kayaknya kece tuh
Deletekearifan lokal indinesia itu menakjubkan
ReplyDeleteYap. Inilah yang bikin Indonesia keren :)
DeleteSaya pikir salah satu hal yang bikin Magelang sejuk dan menyenangkan tuh keberadaan Gunung Tidar ini. Ternyata buat treking ceria asyik juga yak. Pankapan coba main kesana ah. Selama ini cuma lewat aja nggak pernah melipir ke Gunung Tidar.
ReplyDeleteGunung tidar katanya juga merupakan hutan kota mbak. kalau gunung ini disebut sebagai gunung yang bikin sejuk magelang rasanya nggak salah deh :D
DeleteMesti cobain tuh main ke sini
Masih kental dengan budayanya ya. Btw...foto-fotonya keren.
ReplyDeleteHehe. Makasih mb nur :)
DeleteTak cek siapa tau ada fotoku nongol, ternyata tidak ada kakakakak. Duh tau gitu minta difotoin jug kakakakakk
ReplyDeleteWkwkwkwk. Fotomu nang artikelku sijine mas sitam. >.< haha
DeleteOwalah Mbak Aida ini yang kemarin ikutan Festival Tidar itu to. Hehe. Selamat datang di Magelang, mbak. Gimana asyik kan naik Gunung Tidar? :)
ReplyDeleteHehe. Iya mas achmad. Salam kenal. Tetep asyik biarpun lelah :D
DeleteAku tertarik banget sama festival budaya kayak gini, selalu ada aura magis hehehhe semoga next time bisa lihat langsung
ReplyDeleteAmin. Moga taun depan bisa liat ya mbak
DeleteSeru banget festival budayanya, kalo pergi ke Magelang wajib ke sini nanti :)
ReplyDeleteHehe. Wajib banget mbak cobain naik-naik gunung
DeletePas banget nih lagi cari info tentang Magelang, lagi pengen jalan-jalan ke sana terutama Gunung Tidarnya :)
ReplyDeleteMbak Indah jogja kan? Magelang jogja dekat loh. Buruan mampir gih
DeletePliiss ajak aku kesini mba, tidak butuh waktu lama buat aku jatuh Cinta sm Magelang. Dlu cm sekali ke borobudur, dan aku gak tau itu Magelang karna taunya wisata jogja.
ReplyDeleteGn tidar semoga aku bisa kesnaa amin
Hehe, aku juga pernah dulu sekali, ngira kalau borobudur itu jogja.
DeleteAmin mbak. Moga kapan2 bisa naik-naik ke gunung tidar yak
festivalnya meriah sekali ya..
ReplyDeleteSemoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)