Melipir Ke Telaga Claket Yang Katanya Ranu Kumbolo ala Wonogiri
Selepas kami menikmati view ajib Embung Bendokerep, Saya dan Nana melanjutkan perjalanan kembali menuju Telogo Claket Wonogiri. Ini kali kesekian saya ke tempat itu setelah beberapa waktu sebelumnya saya juga ke sana untuk mengantarkan teman.
Telogo Claket, adalah sebuah kawasan wisata berupa telaga yang mulai populer sejak TV lokal dan koran lokal mulai membicarakannya. Hal yang membuatnya populer, adalah penyebutan telaga ini dengan membawa-bawa nama Ranu Kumbolo, telaga yang ada di gunung semeru sana.
Yup, telaga ini disebut-sebut sebagai Ranu Kumbolonya kota Wonogiri. Sekilas, memang terdengar berlebihan. Tapi penyebutan ini saya rasa bukanlah sekedar alasan numpang tenar.
Saya memang belum kesampaian untuk ke Semeru, tapi melihat foto-foto Ranu Kumbolo yang banyak tersebar di internet saya rasa telaga ini, memang mirip. Mengingat posisi telaganya yang berdekatan dengan bukit.
Di bawah sebuah kaki perbukitan, Telogo Claket membentang selebar kurang lebih satu hektar, dengan beragam pernik yang coba disajikan guna memuaskan hasrat foto para pengunjung. Beragam ornamen bambu seperti saung, jembatan, dermaga, gethek-gethekan menjadikan telaga claket tempat foto yang cukup instagramable.
View rerumputan yang memenuhi lereng bukit di atasnya terlihat hijau seolah membentuk serat-serat lembut yang menjadikannya berbeda dengan rerumputan yang sering nampak di barisan perbukitan Wonogiri. Bentuk gunungnya melengkung-lengkung. Sekilas ini seperti bukit love di Semeru sana. Haishhh, rasanya telogo Claket memang layak bagi orang-orang yang ingin memvisualisasikan mata mensesapi view Ranu Kumbolo Semeru.
Meskipun Telogo Claket dan Embung Bendokerep lokasinya tidak terlalu jauh dan sama-sama di wilayah Wonogiri, tetapi perlakuan Telogo Claket ini sangatlah berbeda. Jika Embung Bendokerep identik dengan sunyi, maka Telogo Claket ini merupakan sebuah tempat yang sudah dikelola warga menjadi lokasi wisata Wonogiri yang cukup cantik. Sehingga tak heran jika tempat ini sangat terurus, dan cenderung rame
Sudah banyak kemajuan sejak saya datang ke Telaga Claket pertama kali. Awal mula tempat ini adalah pemancingan, kemudian dikelola dengan ditambahkan dermaga yang menjadi semacam ikon khas telaga claket.
Dulu hanya ada dermaga, dan bebek-bebekan, kini telaga Claket dilengkapi pula dengan saung-saung dan juga warung mie ayam dan bakso.
How to Get There?
Telaga Claket berada di Desa Sendang Ijo, Wonogiri. Untuk menuju kemari jika dari arah Solo, paling enak memang melalui belokan jalan di perbatasan Nguter Sukoharjo. Ikuti saja arah ke Bendungan Colo. Nanti dari bendungan Colo ke Selatan, lewat jembatan. Ada pertigaan belok ke kiri. Sementara, jika dari Embung Bendokerep, karena terlalu banyak tikungan, maka maafkanlah saya yang lupa ini. Hehe. Saya hanya ingat melewati jalur desa Wonogiri-Nguter yang kiri kanannya berupa persawahan. Well, sebaiknya nanti gunakan saja penduduk sekitar untuk tanya arah ya^^
Habis Berapa?
Seperti halnya mengunjungi tempat-tempat wisata lain di Wonogiri, karcis masuk ke Telaga Claket pun murah meriah. Hanya cukup membayar Rp. 5.000, kita sudah bisa berfoto-foto ria ala-ala di Ranu Kumbolo sana. Nah, kalau lapar, semangkuk bakso ataupun mie ayam siap menemani kita menikmati view indah Telaga Claket.
Siang di Telaga Claket
Jika saat ke Embung Bendokerep saya dan Nana tergoda mendaki Watu Mayung, maka selama di sini, kami tergoda untuk menghampiri puncak bukit Telogo Claket. Warga menyebut bukit ini dengan nama Bukit Widodari. Barisan rumput di lereng bukitnya, satu sisi memberikan visualisasi Bukit Love Semeru, tapi di sisi lain saya malah berimajinasi, ini sedikit mirip dengan bukit Pulau Rinca di Lombok sana. Aihhh, khayalan saya nampaknya kejauhan. Tapi serius, saya malah membayangkan diantara rumput-rumpt itu ada barisan komodo dan saya membutuhkan ranger untuk menghadapinya. Hahaha.
Saya sempat bertanya pada penjaga karcis di sana apakah memungkinkan jika ingin mendaki ke atas puncak bukit Widodari. Dan sejujurnya, jawabannya cukup menyenangkan,
“Bisa, Mbak,”
Duhhh, tapi sayangnya saya dan Nana tidak melakukannya. Kali ini bukan perkara kera, tapi lebih pada alasan waktu yang menuntut kami untuk secepatnya bergegas kembali. Padahal, setelah saya melihat vidio dari Solopos TV ini, ternyata bukit Widodari lumayan kece. Yeah, mungkin suatu hari bolehlah kapan-kapan saya mencoba ke sana.
Baca Juga
Nah, vidio di bawah mungkin bisa memberi gambaran bagaimana asyiknya mendaki bukit Widodari di Telaga Claket, biar tak hanya saya yang ingin ke sana.
16 comments
Wah telaga yang dikelilingi bukit ya, harus kesana nih
ReplyDeletewajib mas. hehehe
Deleteah kak, kamu ternyata banyak referensi tmpat2 yang harus dikunjungi di wonogiri. kapan-kapan ngajak aku po o :D
ReplyDeleteBoleh. Ide bagus tuh :)
DeleteWah telaga yang dikelilingi bukit dan masih asri belum tersentuh. Wah ... destinasi wisata ini.
ReplyDeleteYup destinasi wisata yang menarik :)
DeleteCakep mak...masya Allah
ReplyDeleteWonogiri trnyta bnyk tpt yg cakep ya..
Iya mbak. Wisata Wonogiri sebenarnya super banyaknya. Cuma ya banyak pula yang fasilitasnya belum memadai. Tapi kalau telaga Claket ini lumayan sudah terurus
DeleteMba Aida.. ngulik ke wonogiri teyus.. nih.. liburan Uti besok juga mo kesna ahhh
ReplyDeletewow, aduh suak dengan etlaga apalagi daalm kesunyian, rasanay tenang gitu
ReplyDeletekayanya tempatnya cocok buat cari inspirasi. :)
ReplyDeleteTernyata di kota kecil Wonogiri juga memiliki telaga yang so eksostis ya mba :)
ReplyDeleteSalam kenal dari Kudus, (IG & Twitter : @cputriarty)
belum kesampaian datang ke sini
ReplyDeletenext destination
ReplyDeleteHadehh.. Dulu pas mau ke sini malah kesasar.. T_T
ReplyDeleteNext time dah..
Deket rumah pdhal tp belum pernah kesitu. Kalau ke dam colo pdahl udah sering.
ReplyDeleteSemoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)