Soko Gunung Wonogiri, Nikmati Landscape Kota Gaplek dari Sisi Atas
“Aida, kamu tahu Bukit Joglo?” WA dari Antin ini menjadi awal dari cerita perjalanan kami.
Saya tentu menjawab iya. Pasalnya, Bukit Joglo pernah menjadi tulisan pertama saya di blog ini sekian tahun lalu.
Niat awal kami sebenarnya memang ke Bukit Joglo. Tapi gara-gara saya dan Nana sempat mengira jarak ke Bukit Joglo dan ke Soko Gunung itu dekat, kami berdua jadi malah mengajak Antin dan Ajeng ke Soko Gunung.
“Soko Gunung tempat yang lagi Hits di Wonogiri An,” promo saya pada Antin saat kami tiba di percabangan jalan yang memisahkan arah Bukit Joglo dan Soko Gunung.
Sebenarnya memang dekat kalaulah kami naik pakai motor. Tapi hari itu, motor sewaan Antin rewel, tertatih-tatih menanjaki jalanan menanjak menuju bukit joglo. Terpaksa akhirnya kami memutuskan memarkir saja motor di sebuah masjid. Padahal jarak dari masjid tersebut menuju Bukit Joglo jauhnya minta ampun.
“Soko Gunung tempat yang lagi Hits di Wonogiri An,” promo saya pada Antin saat kami tiba di percabangan jalan yang memisahkan arah Bukit Joglo dan Soko Gunung.
Sebenarnya memang dekat kalaulah kami naik pakai motor. Tapi hari itu, motor sewaan Antin rewel, tertatih-tatih menanjaki jalanan menanjak menuju bukit joglo. Terpaksa akhirnya kami memutuskan memarkir saja motor di sebuah masjid. Padahal jarak dari masjid tersebut menuju Bukit Joglo jauhnya minta ampun.
Kalau hanya jauh sih, mungkin tidak masalah. Tapi jalannya yang menanjak itu lho yang bikin greget.
Jadinya, hari itu kita malah melakukan pendakian dadakan. Yeahhh. Benar-benar rencana yang tak terduga.
“Kalau nggak gini, nggak ada cerita,” komentar Antin di sela-sela nafas kami berempat yang terengah-engah.
Hemm, gini ya kalau perginya bareng seorang bloger traveler? Mikirnya, pasti tentang mencari cerita dari setiap perjalanan. Hehe
Tapi untunglah, setidaknya sebagai tuan rumah, saya jadi tidak terlalu merasa bersalah mengajaknya bercapek-capek ria.
Tapi untunglah, setidaknya sebagai tuan rumah, saya jadi tidak terlalu merasa bersalah mengajaknya bercapek-capek ria.
Diwarnai tragedi informasi yang tidak akurat dari seorang penduduk yang mendukung argumen saya bahwa jarak Soko Gunung dan Bukit Joglo itu dekat. Serta tragedi Ajeng yang kecapekan dan nyaris mogok jalan, sampai-sampai Nana musti nebeng bapak-bapak turun gunung guna ngambil motor untuk dibawa lagi ke atas buat ngangkut si Ajeng. Well, akhirnya, kita sampai juga di puncak Soko Gunung.
Di sekitar Soko Gunung ini memang potensial untuk dijadikan daerah wisata. Memasuki gapura menara filter, selain Soko Gunung, kita bisa sekaligus menikmati beberapa Objek perbukitan diantaranya: Bukit Ganthole 2 (Bukit Joglo) , Bukit Ganthole 1 (Bukit Susu), serta Watu Cenik.
Apa itu Soko Gunung
Seperti yang saya bilang ke Antin tadi, Soko Gunung adalah tempat yang lagi beken di Wonogiri. Soko Gunung merupakan tempat wisata di Wonogiri yang baru saja dibuka sekitar Juni kemarin. Yang membuatnya menarik adalah Soko Gunung ini merupakan gunung tertinggi di jajaran perbukitan Gajah Mungkur, dan pegunungan seribu. Tingginya sekitar 780 mdpl.
Secara dministratif Soko Gunung berada di dusun Soko Gunung Sendang Wonogiri. Kalau menurut bahasa Soko itu bisa berarti “tiang penyangga” bisa pula“dari”. Entah bagaimana maksudnya nama ini.
Bagaimana Cara Menuju Soko Gunung
Untuk menuju Soko Gunung, dari Solo ikuti saja jalan menuju ke arah Waduk Gajah Mungkur. Nanti sebelum Waduk Gajah Mungkur, tepatnya setelah jembatan dekat Kedung Lumbung, sebelah kanan ada gapura bertuliskan “Menara Filter, Landasan Peluncuran Layang Gantung”
Ikuti saja jalur naik menuju arah Ganthole 2 (Bukit Joglo). Kalau bingung, tanya saja penduduk sekitar. Setelah itu nantinya akan ada percabangan jalan yang sudah ada keterangannya mau ke arah Bukit Joglo, atau ke Soko Gunung. Baru setelah itu tinggal ikuti saja jalannya, nanti akan tiba di parkiran menuju Soko Gunung.
Habis Berapa?
Soko Gunung ini Objek Wisata Wonogiri yang murah meriah. Cukup bayar parkir saja Rp. 2000, kita sudah bisa menikmati keindahan view Wonogiri dari atas. Menikmati semribit angin, serta berfoto narsis di atas susunan bambu yang sudah dirangkai sedemikian hingga membentuk sebuah gardu pandang. Dari Gardu Pandang ini, landscape Wonogiri seperti waduk Gajah Mungkur, Waduk Tandon, serta rumah penduduk terlihat jelas. Pemandangannya mirip ketika kita naik ke gunung gandhul hanya saja lebih nyaman di sini karna ada gardu pandang yang sengaja dibuat.
Akhir Cerita
Dari Soko Gunung, Ajeng dan Nana turun duluan dengan motor menuju masjid tempat motor sewaan Antin diparkir. Sementara saya dan Antin tetap berjalan sembari menunggu Nana kembali memacu motornya ke atas menjemput kami.
Kami tidak mungkin melanjutkan perjalanan ke Bukit Joglo. Hari itu, hari sudah terlanjur gelap.
“I’m sory Tin”
Saat Nana kembali, tentu saja Antin yang duluan saya persilahkan naik motor. Iyalah, masak sebagai tuan rumah saya tega. Huhuhu
Saya pun tinggal sendiri. Sembari menunggu Nana kembali naik, saya diam saja di bawah sebuah bukit yang nampaknya baru saja longsor. Krik krik suara jangkrik bersahut-sahutan dengan suara-suara burung malam. Suasana sepi, hanya sesekali masih ada motor yang turun.
Baca Juga
Imajinasi saya sudah liar berlari. Bukan perkara setan, maupun begal yang saya takutkan, tapi bagaimana kalau tiba-tiba ada anjing yang datang. Pasalnya, di sekitar jalan menuju bukit joglo banyak sekali anjing yang berkeliaran. Yeah, dan hewan itu adalah salah satu musuh bebuyutan saya.
Tapi alhamdulillah, sampai Nana kembali pun tidak ada seekor anjing pun yang datang menghampiri.
Selesai shalat Magrib, kami kembali pulang dengan ceria.
Sebagai Saran, kalau hendak ke Bukit Joglo, Soko Gunung maupun tempat lain disekitarnya, pastikan dulu ya motor dalam kondisi baik dan jangan lupa, bensin juga harus full. Biar tidak perlu naik-naik macam yang kami lakukan ^^.
jalan menanjak dari parkiran ke Soko Gunung |
“Aida, kamu tahu Bukit Joglo?” WA dari Antin ini menjadi awal dari cerita perjalanan kami.
Saya tentu menjawab iya. Pasalnya, Bukit Joglo pernah menjadi tulisan pertama saya di blog ini sekian tahun lalu.
Niat awal kami sebenarnya memang ke Bukit Joglo. Tapi gara-gara saya dan Nana sempat mengira jarak ke Bukit Joglo dan ke Soko Gunung itu dekat, kami berdua jadi malah mengajak Antin dan Ajeng ke Soko Gunung.
“Soko Gunung tempat yang lagi Hits di Wonogiri An,” promo saya pada Antin saat kami tiba di percabangan jalan yang memisahkan arah Bukit Joglo dan Soko Gunung.
Sebenarnya memang dekat kalaulah kami naik pakai motor. Tapi hari itu, motor sewaan Antin rewel, tertatih-tatih menanjaki jalanan menanjak menuju bukit joglo. Terpaksa akhirnya kami memutuskan memarkir saja motor di sebuah masjid. Padahal jarak dari masjid tersebut menuju Bukit Joglo jauhnya minta ampun.
“Soko Gunung tempat yang lagi Hits di Wonogiri An,” promo saya pada Antin saat kami tiba di percabangan jalan yang memisahkan arah Bukit Joglo dan Soko Gunung.
Sebenarnya memang dekat kalaulah kami naik pakai motor. Tapi hari itu, motor sewaan Antin rewel, tertatih-tatih menanjaki jalanan menanjak menuju bukit joglo. Terpaksa akhirnya kami memutuskan memarkir saja motor di sebuah masjid. Padahal jarak dari masjid tersebut menuju Bukit Joglo jauhnya minta ampun.
Kalau hanya jauh sih, mungkin tidak masalah. Tapi jalannya yang menanjak itu lho yang bikin greget.
Jadinya, hari itu kita malah melakukan pendakian dadakan. Yeahhh. Benar-benar rencana yang tak terduga.
“Kalau nggak gini, nggak ada cerita,” komentar Antin di sela-sela nafas kami berempat yang terengah-engah.
Hemm, gini ya kalau perginya bareng seorang bloger traveler? Mikirnya, pasti tentang mencari cerita dari setiap perjalanan. Hehe
Tapi untunglah, setidaknya sebagai tuan rumah, saya jadi tidak terlalu merasa bersalah mengajaknya bercapek-capek ria.
Tapi untunglah, setidaknya sebagai tuan rumah, saya jadi tidak terlalu merasa bersalah mengajaknya bercapek-capek ria.
Diwarnai tragedi informasi yang tidak akurat dari seorang penduduk yang mendukung argumen saya bahwa jarak Soko Gunung dan Bukit Joglo itu dekat. Serta tragedi Ajeng yang kecapekan dan nyaris mogok jalan, sampai-sampai Nana musti nebeng bapak-bapak turun gunung guna ngambil motor untuk dibawa lagi ke atas buat ngangkut si Ajeng. Well, akhirnya, kita sampai juga di puncak Soko Gunung.
Di sekitar Soko Gunung ini memang potensial untuk dijadikan daerah wisata. Memasuki gapura menara filter, selain Soko Gunung, kita bisa sekaligus menikmati beberapa Objek perbukitan diantaranya: Bukit Ganthole 2 (Bukit Joglo) , Bukit Ganthole 1 (Bukit Susu), serta Watu Cenik.
Apa itu Soko Gunung
Seperti yang saya bilang ke Antin tadi, Soko Gunung adalah tempat yang lagi beken di Wonogiri. Soko Gunung merupakan tempat wisata di Wonogiri yang baru saja dibuka sekitar Juni kemarin. Yang membuatnya menarik adalah Soko Gunung ini merupakan gunung tertinggi di jajaran perbukitan Gajah Mungkur, dan pegunungan seribu. Tingginya sekitar 780 mdpl.
Secara dministratif Soko Gunung berada di dusun Soko Gunung Sendang Wonogiri. Kalau menurut bahasa Soko itu bisa berarti “tiang penyangga” bisa pula“dari”. Entah bagaimana maksudnya nama ini.
Bagaimana Cara Menuju Soko Gunung
Untuk menuju Soko Gunung, dari Solo ikuti saja jalan menuju ke arah Waduk Gajah Mungkur. Nanti sebelum Waduk Gajah Mungkur, tepatnya setelah jembatan dekat Kedung Lumbung, sebelah kanan ada gapura bertuliskan “Menara Filter, Landasan Peluncuran Layang Gantung”
Ikuti saja jalur naik menuju arah Ganthole 2 (Bukit Joglo). Kalau bingung, tanya saja penduduk sekitar. Setelah itu nantinya akan ada percabangan jalan yang sudah ada keterangannya mau ke arah Bukit Joglo, atau ke Soko Gunung. Baru setelah itu tinggal ikuti saja jalannya, nanti akan tiba di parkiran menuju Soko Gunung.
Habis Berapa?
Soko Gunung ini Objek Wisata Wonogiri yang murah meriah. Cukup bayar parkir saja Rp. 2000, kita sudah bisa menikmati keindahan view Wonogiri dari atas. Menikmati semribit angin, serta berfoto narsis di atas susunan bambu yang sudah dirangkai sedemikian hingga membentuk sebuah gardu pandang. Dari Gardu Pandang ini, landscape Wonogiri seperti waduk Gajah Mungkur, Waduk Tandon, serta rumah penduduk terlihat jelas. Pemandangannya mirip ketika kita naik ke gunung gandhul hanya saja lebih nyaman di sini karna ada gardu pandang yang sengaja dibuat.
Akhir Cerita
Dari Soko Gunung, Ajeng dan Nana turun duluan dengan motor menuju masjid tempat motor sewaan Antin diparkir. Sementara saya dan Antin tetap berjalan sembari menunggu Nana kembali memacu motornya ke atas menjemput kami.
Kami tidak mungkin melanjutkan perjalanan ke Bukit Joglo. Hari itu, hari sudah terlanjur gelap.
“I’m sory Tin”
Saat Nana kembali, tentu saja Antin yang duluan saya persilahkan naik motor. Iyalah, masak sebagai tuan rumah saya tega. Huhuhu
Saya pun tinggal sendiri. Sembari menunggu Nana kembali naik, saya diam saja di bawah sebuah bukit yang nampaknya baru saja longsor. Krik krik suara jangkrik bersahut-sahutan dengan suara-suara burung malam. Suasana sepi, hanya sesekali masih ada motor yang turun.
Baca Juga
Imajinasi saya sudah liar berlari. Bukan perkara setan, maupun begal yang saya takutkan, tapi bagaimana kalau tiba-tiba ada anjing yang datang. Pasalnya, di sekitar jalan menuju bukit joglo banyak sekali anjing yang berkeliaran. Yeah, dan hewan itu adalah salah satu musuh bebuyutan saya.
Tapi alhamdulillah, sampai Nana kembali pun tidak ada seekor anjing pun yang datang menghampiri.
Selesai shalat Magrib, kami kembali pulang dengan ceria.
Sebagai Saran, kalau hendak ke Bukit Joglo, Soko Gunung maupun tempat lain disekitarnya, pastikan dulu ya motor dalam kondisi baik dan jangan lupa, bensin juga harus full. Biar tidak perlu naik-naik macam yang kami lakukan ^^.
jalan menanjak dari parkiran ke Soko Gunung |
19 comments
780 mdpl, lumayan sejuk berarti ya
ReplyDeleteapalagi pemandangannya juga asik
Yup, Hawa di soko gunung ini lumayan sejuk dan berangin
Deleteaidaaaaa...ahhh masih jadi waiting list ke sekian nih cerita ke Soko Gunung, udah keduluan Aida deh. Hahahaha makasih yaaaa sudah jadi tuan rumah yang baik, aku sih udah biasa naik capek yang kasian emang Ajeng sih nggak biasa nanjak. Destinasi yang nggak ke list justru sering kasih kejutan, kaya Soko Gunung ini keren banget. Semoga ada rezeki dan waktu buat balik ke Wonogiri, mau camping disini biar bisa liat sunset, sunrise, citylight haha!! *kok jadi panjang gini komennya, heheheh
ReplyDeleteWekekek, aku yo ngenteni tulisanmu lho an. Campingnya di bukit joglonya aja an, yang lebih datar. Yok kapan-kapan diagendakan :-)
DeleteWah, Mba Aida jalan-jalan terus nih. Kalau waduk Gajah Mungkur saya sudah pernah Mba. Kalau bukit Soko ini belum.
ReplyDeleteWaktu itu blm tahu ada tempat ngehits kayak itu.
Solo-Wonogiri cuma sejam an lho mbak. Yok main gih kemari. Mampir rumahku sekalian mbak
DeleteAih..kerennya postingan ini...jadi ingin sampai sana. Tapi kuat g ya kalau Uti sm Akung jalan nanjak kyk gitu.
ReplyDeletePakai motor kuat Insya Allah Uti. Tapi kalau jalan, berat
Deletewah GRATIS ya masuknya... #anaknyasukagratisan
ReplyDeletebagus tuh untuk naik ke susunan bambu ada maksimalnya biar ga rubuh sama anak alay
Budy | Travelling Addict
Blogger abal-abal
www.travellingaddict.com
Wekekek, hooh mas. Kalau anak-anak alay nggak nekat aja naik tangga lebih dari 10
Deletecuman 780 tapi bisa bikin ngos2an juga hehehe
ReplyDeleteIya,tapi habis lihat viewnya semua lelah terbayarkan
Deletekalau tanya sama penduduk lokal emang biasanya gitu mba... menurut mereka deket... tapi kalo kita yang jalan, ternyata jauuuh hihihi
ReplyDeleteHehe. Iya mbak. Selalu begitu ya :-D
DeleteWaa...asik nih aku mau kesana belum kesampaian hehe,kalau dari Solo lumayan dekat juga
ReplyDeleteIya mas. Dekat. Cuma butuh 1,5 jam an kalau dari solo. Masih masuk wng kota soalnya
DeleteIni saingan sama Kalibiru Jogja ya mbak :D cuma jalannya pasti menanjak naik terus *ya iyalaaaah* :D viewnya kereen
ReplyDeletewahhh beda mbak. kalo saya suka di sini. kalibiru cuma kalu difoto aja kecenya
Deletewah keren juga ya, wah boleh nih mampir ke sana kalo pas ke wonogiri
ReplyDeleteSemoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)