Melipir ke Bali
“Jika mahasiswa seumuran kalian ini belum pernah ke Bali,berarti kalian belum menikmati masa muda kalian” sebuah kutipan dari buku Backpaker Bali-Lomboknya Gilang Tama & Endah Kemala ini lumayan menusuk saya pagi ini.
Saya kena. Saya pernah Ke Bali sih, tapi itu sudah sejak terakhir saya masih SMP. Sekitar 10 tahun yang lalu.Tak banyak foto yang saya ambil ketika itu. Jadi rasanya, kini saya seperti belum pernah ke sana.
Memang Indonesia bukan hanya Bali. Banyak keindahan yang tersaji di negri ini. Tetapi bagaimanapun, Bali merupakan pariwisata Indonesia yang sudah terkenal di mata dunia. Sehingga mengunjunginya, adalah suatu keistimewaan tersendiri menurut saya.
Kunjungan saya ke Pulau Menjangan beberapa waktu lalu, tetap saja terasa belum ‘Bali’ walaupun sejatinya secara administratif ia termasuk daerah Bali Barat. Apalagi ketika itu, di Pulau Menjangan, rombongan kami hanya sekedar mampir berenang di lautnya dan tidak menginjakkan kaki di pulaunya. Rasa ‘Bali’ pun otomatis tak bisa saya dapatkan sepenuhnya.
10 tahun yang lalu, Pantai Kuta merupakan salah satu pantai yang saya kunjungi saat studi tur. Yang saya ingat, Pantai Kuta adalah pantai berpasir dengan warna yang agak hitam. Pantainya luas dengan pemandangan yang khas yaitu bule-bule berjemur.
Jaman dahulu, Pantai Kuta adalah Pantai yang paling tersohor. Sehingga kala itu, bisa datang ke Pantai Kuta sudah merupakan sesuatu yang WoW. Walaupun pada dasarnya saya tidak begitu senang karena pantai itu sangatlah ramai.
Namun setelah sekian tahun berlalu, kini rasanya saya ingin kembali menengok Pantai Kuta. Hem,, sepertinya banyak sekali tempat yang ingin saya kunjungi. Setelah kemarin saya bercerita tentang ingin saya ke Lombok, kini Bali dengan pantai Kutanya ingin kembali saya kunjungi.
Foto-Foto Asyik di Ubud Bali
View Ubud seperti yang tertera di mata uang Rp. 50.000 menggugah rasa penasaran saya. Berfoto sembari membawa uang Rp. 50.000 di sini nampaknya menjadi sesuatu yang bakal saya lakukan andaikan nanti saya datang ke Ubud. 10 tahun lalu, studi tur kami tidak mengunjungi Ubud. Sehingga kini Ubud tak boleh saya lewatkan.
Gegara melampiaskan perasaan ingin liburan dengan baca-baca buku traveling, kini saya justru makin ingin traveling. Buku Backpaker Bali Lombok bukannya mengobati rindu saya, ia malah makin membuat saya semakin kangen liburan.
Apalagi ketika buku ini menggambarkan tentang bagaimana kondisi salah satu tempat di Kabupten Gianyar ini. Ubud dengan suasana pegunungan dan persawahannya, merupakan sebuah tempat yang terlihat menyenangkan. Tak heran kalau banyak wisatawan beredar di sekitaran Ubud. Suasana khas Ubud, membuat para pendatang siapapun itu, merasa nyaman dan tentram
Menyeruput Kopi di Kintamani
Sumber http://balebengong.net/gaya-hidup/jalan-jalan/2015/08/14/menikmati-kopi-kintamani-di-kebun-petani.html |
Saya bukan penggemar kopi. Tetapi saya tahu, Bali punya Kintamani. Kitamani merupakan suatu tempat wisata alam di daerah Bengli. Dan, di kota inilah asal dari kopi Kintamani yang terkenal itu. Kopi kintamani merupakan kopi arabica. Rasanya kecut tidak seperti kopi-kopi pada umumnya. Menurut cerita dari seorang Barista di sebuah kedai kopi yang pernah saya datangi, hal ini terjadi karena Kopi Kintamani tersebut ditanam di dekat tanaman buah-buahan, sehingga ia memiliki rasa yang asam. Menyeruput segelas kopi Kintamani di daerah asalnya, tentulah suatu hal yang istimewa.
Untuk menuju ke Kintamani, terdapat dua jalur. Yakni jalur melewati Desa Batur dan yang kedua adalah dengan menuruni desa Kedisan untuk selanjutnya menyebrang melintasi danau ke sebuah desa tua, Terunyan. Pilihan ke dua ini yang menurut saya menarik. Karena nantinya, kita di sini bisa melihat peradaban Bali Aga. Dimana ia punya keunikan yakni orang-orang mati yang hanya diletakkan di bawah sebuah pohon tanpa dikubur namun ia tak berbau. Gambarnya pernah saya lihat di buku SD saya sekian tahun lalu. Hemm, mata ini ingin melihatnya sendiri.
Menengok GWK
GWK atau Garuda Wisnu Kencana. Dahulu saat saya datang kemari, GWK masih baru tahap pembangunan. Kini saya ingin menengok patung yang dulu kabarnya akan memiliki besar melebihi patung Liberty NewYork ini. Saya sempat mengira bahwa patung GWK terbuat dari batu. Namun rupanya tidaklah demikian. Patung GWK ternyata terbuat dari baja dan tembaga.
Patung GWK berada di Garuda Wisnu Kencana Cultural Park. Taman Budaya ini memberikan kesan modern yang berpadu dengan tradisional. Di dalam taman budaya, terdapat pertunjukan pentas seni dan tarian yang kadangkala pentas-pentas itu merupakan pentas skala nasional maupun internasional.
Trekking Mangrove
Setelah tahu bahwa treking mangrove itu asyik dari perjalanan saya ke Karimunjawa dulu, kini saya ingin merasakan asiknya treking mangrove di Bali. Bali ternyata mempunyai hutan bakau seluas 1.343,5 hektar yang masuk di wilayah Taman Hutan Raya Ngurah Rai. Menariknya, hutan ini merupakan hutan mangrove terbaik se Asia. Saya bangga.
Padahal sebelumnya, hutan mangrove di daerah Denpasar Selatan sempat berfungsi menjadi lahan tambak. Namun untungnya sejak tahun 1992 ia difungsikan lagi sebagai hutan mangrove.
Backpakeran Ke Bali
Beberapa waktu lalu, seorang kawan bercerita kepada saya tentang temannya. Sepasang suami istri yang merupakan sahabatnya
“Kamu tau, Da, temanku itu tho tiba-tiba dateng ke rumahku minta makanan. Semua bakwan ibuku yang baru selesai di goreng, diangkut semua. Padahal aku saja baru ambil sedikit,” ceritanya menggebu-gebu.
“Buat apa Mbak?” tanya saya heran.
“Diangkut, buat bekal ke Bali,” jawabnya. Saya ndomblong. “Dia sama istrinya nekat backpakeran. Bawa duit tipis, sama bekal bakwan ibuku, mereka nekat motoran ke Bali,” lanjutnya lagi.
Saya kembali ndomblong.
Backpakeran untuk para backpaker sejati memang selalu meninggalkan kesan yang luar biasa bagi siapapun yang mendengarkan ceritanya. Tetapi kalau saya sendiri, haduh, saya selalu lebih suka memilih jalur tengah. Backpaker setengah-setengah. Kalau untuk backpakeran ke Bali pakai motor, rasanya rasanya saya belum bisa membayangkan.
Membaca buku Backpaker Bali Lombok, saya jadi menyimpulkan sebetulnya bisa kok ke Bali tanpa harus keluar uang banyak. Nah, saya di sini berusaha memadukan caranya dari buku dan dengan trip-trip yang menurut saya ampuh untuk hemat budget tanpa harus meinggalkan kenyamanan.
1. Pilih Transportasi secara pintar
Transportasi merupakan faktor penting dalam menentukan biaya perjalanan. Memadukan Jalur darat dan laut memang cara paling efektif untuk menghemat biaya perjalanan ke Bali. Tapi tentu saja masalah lamanya waktu yang harus dibayar menjadi pertimbangan yang penting. Untungnya, di era sekarang ini sudah banyak kemajuan teknologi. Penyedia layanan traveling berbasis teknologi semacam traveloka bisa menjadi alternatif penghematan biaya perjalanan.
Diskon-diskon tiket pesawat bisa kita dapat jika kita transaksi lewat app nya. Jelas ini salah satu cara kita bisa menghemat biaya perjalanan tanpa harus kehilangan waktu lama. Menurut saya dengan memesan sarana transportasi melalui app nya para traveler semacam ini merupakan salah satu cara yang paling ampuh hemat budget perjalanan.
2. Pilih Makanan Yang Irit
Manusia tidak bisa hidup tanpa makanan. Tetapi, ketika dalam perjalanan dan membutuhkan hemat biaya, memilih makanan yang berharga murah adalah salah satu kunci perjalanan kita irit. Tentu saja membawa bekal sangatlah disarankan. Tetapi, kita tidak selalu bisa membawa bekal apalagi ketika perjalanan itu butuh berhari-hari. Satu-satunya jalan ya itu tadi, pilihlah makanan yang murah
3. Pilih Penginapan Yang Murah
Kalau tidak membawa tenda, maka memilih penginapan murah adalah hal yang sudah seharusnya dilakukan. Tetapi memilih yang murah bukan berarti harus mengorbankan kenyamanan. Ketika ke Bali, saya justru ingin menginap saja di hotel. Mumpung sekalian di surganya para wisatawan. Di dekat Pantai Kuta terdapat Kuta Paradiso Hotel. Sebuah tempat di Kuta tak jauh dari bandara Ngurah Rai. Tempat yang lengkap dengan fasilitas fitnesh, dan kolam renang yang cantik. Tempat yang nyaman untuk liburan.
Menginap di Kuta Paradiso Hotel lantas ketika malam jalan-jalan di tepian pantai menikmati semribit angin Kuta, tentulah menyenangkan.
4. Surveilah saat membeli oleh-oleh
Ketika kita trveling, tentu bakalan banyak kerabat dan kawan-kawan kita yang seringnya bersemangat meminta oleh-oleh. Parahnya, kadang mereka tidak mau tahu kalau kita untuk perjalanan saja musti berhemat sedemikian hingga. Nah, kalau saya, mengakalinya biasanya dengan keluar-masuk toko oleh-oleh maupun souvenir. Survey harga dari satu toko ke toko lainnya. Kalau bisa ditawar, maka saya tak akan melewatkan momen tawar menawarnya.
Bali selalu menarik. Tetap tak kalah pamor meskipun kini daerah wisata-wisata lain di Indonesia mulai bergeliyat. Selain alamnya yang indah, kebudayaannya yang tak luntur adalah daya tariknya tersendiri. Yah, semoga nanti kapan-kapan saya bisa ke Bali lagi
Sumber info banyak diambil dari buku Backpaker Bali-Lombok Gilang Tama dan Endah Kemala
6 comments
salam kenal mbakkk .....
ReplyDeletepengen ikut sharing nya 😊
Salam kenal kembali mbak yosh. Mari sharing mbak :-)
Deleteaku newbie sebagai blogger, pengen ikut gabung jadi blogger beneran 😄
Deletegmn caranya ya ?
yoshitawaluyo.blogspot.com
Saya jg newbie mb. Tapi tenang, banyak komunitasnya kok mb. Gabung aja :-D
Deleteduh.. udah lama ga ke bali
ReplyDeletesama gan :-D
DeleteSemoga yang tersaji, bisa bermakna.
Kalau kamu suka dengan artikel ini, jangan lupa share & like fanspage gubug kecil sang entung di facebook
Terima Kasih :)